Nubuat itu dianggap sahih, karena Pythia, pendeta wanita yang meramal, dianggap berbicara atas nama dewa. Dan orang yang menafsirkan nubuat itu, dianggap orang yang punya "kompetensi" yaitu para imam kuil. Dengan cara inilah para peziarah memperoleh ramalan-ramalan yang mereka butuhkan.
Bukan hanya masyarakat biasa yang datang ke tempat ini untuk diramal. Akankah panen tahun ini berhasil? Dan pertanyaan lain tentang nasib, keberuntungan dan jodoh.
Juga petinggi politik datang ke Kuil Dewa Apollo ini, untuk mendapatkan gambaran masa depan.Â
Cicero (106 SM-43 SM), seorang negarawan dan penulis dari Yunani meninggalkan catatan tentang peran para peramal di kuil Dewa Apollo. Hal ini juga oleh penulis zaman Yunani kuno, seperti Aristoteles, Plato, Sophocles, dan beberapa penulis Yunani terkenal lainnya.Â
Dari catatan Cicero, diketahui bahwa peramal-peramal di orakel Delphi atau Kuil Dewa Apollo, mempunyai peranan cukup signifikan dalam mempengaruhi pengambilan keputusan politik.Â
Misalnya ekspedisi yang dilakukan, pengiriman koloni, dan urusan orang-orang penting, semuanya dilakukan berdasarkan ucapan-ucapan ramalan dari pendeta di Kuil Dewa Apollo.
Catatan Cicero itu adalah kondisi ribuan tahun lalu. Dan apa yang dicatat  Cicero tersebut, tidak jauh berbeda dengan kondisi sekarang.
Sekarang ini tak jarang para pemimpin politik juga membuat kebijakan dengan mempertimbangkan prediksi ilmiah yang dibuat oleh para ahli. Tak bisa disangkal, kehidupan modern pun membutuhkan para visioner dengan prediksi-prediksi dari berbagai disiplin ilmu.
Begitu juga dengan ramalan. Setelah ribuan tahun berlalu, hingga kini ramalan tetap  banyak dicari orang, khususnya bagi yang percaya pada ramalan. Terutama pada saat manusia diliputi kebimbangan, kekhawatiran dan ketakutan tentang masa depan.
Penulis: Walentina Waluyanti