Hamparan reruntuhan terlihat di sepanjang perbukitan di kompleks yang sangat besar dari kuil Dewa Apollo.Â
Sejauh mata memandang, terlihat pemandangan spektakuler, lekak-lekuk pegunungan karang di antara hijau pepohonan.
Pemandangan spektakuler ini sangat kontras dengan hamparan luas dari reruntuhan bebatuan dan sisa-sisa pilar kuil. Salah satu pemandangan menakjubkan dari kuil ini adalah gelanggang terbuka (amfiteater).
Kuil Dewa Apollo disebutkan bertahan hingga tahun 390 M. Kuil ini akhirnya hancur akibat penyerangan oleh pasukan Kaisar Romawi, Kaisar Theodosius I yang anti paganisme.Â
Selanjutnya perjalanan waktu selama berabad-abad dan gempa bumi membuat Kuil Apollo ini sempat tertimbun. Akhirnya ditemukan dan digali kembali oleh tim arkeologi dari Perancis pada abad ke-19.
Di lokasi reruntuhan, pengunjung bisa membaca papan informasi yang menjelaskan setiap objek penting yang ada.Â
Pengunjung memperoleh informasi tentang latar belakang sejarah dari setiap objek yang dilihat.
Saya membaca buku berjudul Grote Geillustreerde Wereldgeschiedenis, yang berisi ulasan tentang Kuil Dewa Apollo ini.Â
Penulis buku mengibaratkan bahwa pada zaman Yunani kuno, Kuil Apollo ini sama pentingnya seperti Mekkah bagi umat muslim, atau Roma bagi umat Katolik.
Pada zaman Yunani kuno, tempat ini bahkan juga disinggahi oleh para peziarah dari luar Yunani.Â