Penulis: Walentina Waluyanti
Cekatan, ramah, rendah hati, pembawaannya ini tidak mengurangi kewibawaannya. Ini kesan pertama yang segera tertangkap saat bertemu Mayerfas, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda. Jabatannya tidak menjadi tembok pemisah yang membuat orang menjadi kaku berbincang dengannya.
Dengan mudah Mayerfas dapat membuat suasana menjadi cair. Wawancara dengan Mayerfas berjalan serius tapi santai. Dari wawancara dengan pria yang berasal dari Padang Panjang Sumatera Barat ini, ternyata ada beberapa gebrakan yang telah dilakukannya. Berikut ini beberapa gebrakan Duta Besar Mayerfas sejak bertugas di Belanda.
Pertemuan Online dengan Warga
Mayerfas mengadakan pertemuan online dengan warga Indonesia di Belanda. Pertemuan ini disebut "Ngobras", singkatan dari Ngobrol Bersama Mayerfas. Dalam acara "Ngobras" ini, warga menyampaikan permasalahannya. Jika ada yang bermasalah dengan paspor misalnya, bisa langsung menyampaikannya kepada atase imigrasi yang juga hadir pada acara itu.Â
Memang semua atase dan staf KBRI bagian pelayanan wajib hadir dan mencatat keluhan warga. Warga yang punya masalah-masalah tertentu yang membutuhkan layanan konsuler, bisa langsung mengirim email atau kontak whatsapp dengan staf KBRI bidang konsuler.
Pada awal tugasnya, Mayerfas juga mengadakan webinar tentang masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menimpa WNI di Belanda. Ini untuk pertama kalinya KBRI mengadakan diskusi dengan bahasan topik sensitif.Â
Pesertanya termasuk orang-orang yang menjadi korban KDRT itu sendiri. Webinar ini menarik banyak peminat, jumlahnya lebih dari 200 orang.Â
Melalui webinar ini, warga dan korban KDRT Â bisa mendapatkan bantuan, mencari solusi apa yang sebaiknya dilakukan. Sering terjadi ada warga yang ingin membantu temannya, tapi tak bisa menolong, karena keterbatasan pengetahuan tentang aturan hukum di Belanda.
Kebanyakan para korban KDRT ini tidak mau pulang ke Indonesia dengan berbagai alasan. Di tengah situasi ini, suami atau pasangannya mengancam akan memulangkan mereka ke Indonesia. Ini adalah contoh masalah yang dibahas dalam webinar tadi.
Webinar KDRT dan masalah keimigrasian di Belanda ini, mengundang dua pengacara khusus untuk masalah keimigrasian dan pengacara khusus untuk masalah rumah tangga. Keduanya pengacara senior asal Belanda yang selama ini sering membantu warga Indonesia di Belanda
Dari pengamatan, terkuak begitu banyak wanita Indonesia yang menikah dengan pria yang menetap di Belanda, yang menjadi korban KDRT. Ini kemudian memicu timbulnya ide untuk memberikan advis yuridis kepada warga Indonesia yang mengalami masalah terkait hukum. Untuk itu, warga bisa menghubungi bagian konsuler di KBRI untuk meminta advis yuridis yang diperlukan.
Mempersatukan Para Pelaku Usaha Indonesia Di Belanda
Yang juga dibenahi oleh Duta Besar Mayerfas adalah meningkatkan kerjasama yang lebih erat antar pengusaha Indonesia di Belanda dan Eropa. Selama ini Mayerfas melihat bahwa di antara pengusaha-pengusaha Indonesia di Belanda dan di Eropa, banyak di antara mereka yang tidak saling mengenal dan bekerja sendiri-sendiri.Â
Padahal dengan saling mengenal dan bekerja sama memasarkan produk mereka, ini bisa melahirkan peluang yang lebih menguntungkan. Mayerfas mencontohkan pengusaha-pengusaha Thailand dan Vietnam yang bisa kompak bersatu.
Mayerfas melihat, jumlah diaspora di Indonesia punya potensi yang menguntungkan buat para pengusaha Indonesia. Jumlah diaspora kalau dihitung dengan keturunan Indonesia Belanda mencapai sekitar 2 juta orang, termasuk pelajar dan mahasiswa. Ini bisa mencapai 10 persen dari jumlah penduduk Belanda.
Nah, dengan adanya kekompakan antar para pengusaha, diharapkan pengusaha kecil bisa menjadi besar dan pengusaha besar menjadi semakin besar. Sementara yang bukan pengusaha bisa menjadi pengusaha. Misalnya pada pertemuan antar pengusaha itu, diundang juga para mahasiswa.Â
Dari para pengusaha yang hadir di sini, para mahasiswa tadi bisa belajar dari pengalaman para pengusaha itu, atau malah bisa menjadi partner dalam berusaha nantinya.
Kerjasama ekonomi ini diharapkan oleh Mayerfas bisa menghasilkan sesuatu yang nyata. Kalaupun hasilnya itu belum kelihatan, paling tidak, sudah ada progres untuk menuju hasil yang konkrit.
Pelayanan KBRI untuk Warga Indonesia, Tidak Hanya di Den Haag
Begitu Mayerfas bertugas di Belanda, tampak ada perubahan pada ruang pelayanan di KBRI di Den Haag. Ruang pelayanannya menjadi lebih luas. Tetapi pelayanan publik ini tidak hanya terpusat di KBRI di Den Haag saja.
Sejauh ini, sudah dua kali Mayerfas berinisiatif mengadakan pelayanan warga Indonesia di beberapa kota. Yaitu di acara Pasar Malam Indonesia yang diadakan di kota Heerlen (2/10) dan di kota Eindhoven (30/10).
Di Pasar Malam, warga bisa menerima pelayanan publik dari staf KBRI, misalnya pengurusan dokumen. Alasannya simpel saja. Kata Mayerfas, "Kasihan warga yang rumahnya jauh dari Den Haag. Mereka terpaksa mengambil cuti untuk mengurus paspor atau dokumen lain. Belum lagi biaya transpor yang tidak murah, terlebih kalau punya anak kecil. Jadi kamilah yang datang ke kota yang banyak orang Indonesianya. Mereka bisa datang ke acara Pasar Malam terdekat."
Di Pasar Malam, sambil bersilaturahmi warga juga bisa mendapatkan pelayanan keimigrasian misalnya. Tapi bukan hanya soal imigrasi, juga bisa ke bagian konsuler dan pendidikan atau pengurusan legalisasi surat.
Mayerfas menekankannya dengan istilah "jemput bola". KBRI tidak perlu menunggu masyarakat datang untuk mendapatkan pelayanan. Tetapi KBRI sendiri yang mendatangi masyarakat untuk memberikan pelayanan.Â
Misalnya bukan hanya memberikan pelayanan publik di Pasar Malam, tapi juga mendatangi orang-orang lansia dan orang cacat yang membutuhkan pelayanan pengurusan dokumen. Mereka tidak perlu ke KBRI di Den Haag, staf  KBRI sendiri yang akan mendatangi mereka. Jika pengurusan dokumen selesai, dokumen itu akan langsung diantarkan kepada mereka.
"Jemput bola" dan responsif terhadap permasalahan warga Indonesia di Belanda, bagi Mayerfas adalah bentuk pengabdian terhadap warga.
Blusukan ala Mayerfas
Bersepeda adalah hobi Mayerfas. Kata Mayerfas, "Kalau tinggal di rumah, you get nothing". Bersepeda sambil blusukan tak jarang dilakukannya.
Sejak menjabat sebagai Duta Besar, Mayerfas rajin blusukan. Ia sering menyambangi rumah makan atau warung Indonesia. Jumlah rumah makan Indonesia di Belanda ternyata mencapai 300-an rumah makan.Â
Pada saat mengunjungi rumah-rumah makan Indonesia di Belanda, Mayerfas mendengar keluhan umumnya adalah sulit mendapatkan koki Indonesia. Â Saat mengunjungi rumah-rumah makan Indonesia ini, ia melihat terbukanya peluang kerja bagi warga Indonesia di Belanda.
Saat bersepeda di satu kota, biasanya ia bertemu dengan warga Indonesia. Maka ia akan berhenti dan bercakap-cakap dengan mereka. Dari percakapan ini, ia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan warga Indonesia yang ditemuinya.
Saat memanfaatkan waktu luang di luar jam kerja pun, Duta Besar Mayerfas berharap tetap bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi warga. ***
(Penulis: Walentina Waluyanti)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H