Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kisah Olimpiade di Bawah Kekuasaan Rezim Hitler

29 Juli 2021   07:19 Diperbarui: 30 Juli 2021   03:01 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jesse Owens peraih medali emas terbanyak dalam Olimpiade di Berlin 1936.  (Sumber: NY Daily News).

Untuk menurunkan tensi negara-negara lain, Hitler memerintahkan menurunkan semua slogan-slogan anti Semit yang dipajang di jalan-jalan. Tentu saja ini untuk sementara saja.  Selama Olimpiade, tak ada poster-poster bertuliskan "Orang Yahudi tak diinginkan di sini".

Hitler memang mesti memperhitungkan ancaman boikot. Ia khawatir ancaman itu bisa memengaruhi IOC untuk memindahkan lokasi Olimpiade. Padahal Hitler membutuhkan Olimpiade Berlin ini sebagai ajang propaganda politiknya.

Bagi Hitler sendiri, negara dapat berkumpul dengan damai di Olimpiade sebagai ajang festival olahraga, jelas bukanlah tujuan politiknya. Sebaliknya, politik Hitler justru menekankan agar negara-negara itu dapat terus berkonflik satu sama lain.

Terus memelihara konflik, ini sejalan dengan ideologi fasisme yang dianut Jerman kala itu. Fasisme memandang kekerasan politik dan perang adalah sarana untuk mencapai pembaharuan nasional.

Olimpiade Jadi Ajang Propaganda Politik Rasisme

Hitler benar-benar memanfaatkan Olimpiade sebagai "festival propaganda" politiknya. Di mana-mana, di stadion, di sepanjang jalan, terpajang lambang-lambang swastika berukuran raksasa.

Foto: Lambang swastika di Olimpiade Berlin. (Sumber: Alamy stock photo)
Foto: Lambang swastika di Olimpiade Berlin. (Sumber: Alamy stock photo)

Jerman berusaha mencitrakan sebagai negara yang toleran dan damai. Demi citra ini, selama Olimpiade, Jerman berusaha menutupi kekerasan dan rasisme yang menjadi kebijakan politik rezim Nazi. Rakyat diperintahkan bersikap ramah terhadap turis. Peraturan rezim yang biasanya streng, sedikit dilonggarkan untuk menarik simpati turis yang datang.

Tapi satu hal yang harus diperhatikan, propaganda Hitler bahwa ras Arya adalah ras paling unggul, harus dikedepankan.

Atlet-atlet yang dipilih untuk mewakili Jerman benar-benar harus merepresentasikan ras Arya. Hitler mempropagandakan ras Arya sebagai ubermensch, ras terunggul di antara manusia lainnya. Dan bagi rezim Nazi, bangsa Jerman digolongkan sebagai ras Arya paling murni. Cirinya antara lain berambut pirang, berkulit putih, bermata biru.

Ketika Olimpiade di Berlin ini berlangsung, dunia belum menyadari bahwa Hitler diam-diam sedang merencanakan pemusnahan massal (holocaust). Pembunuhan massal terhadap orang-orang yang dianggap ras non-Arya, terjadi kurang dari 5 tahun setelah Olimpiade.

Sebagai catatan, 3 tahun setelah Olimpiade, Hitler menginvasi Polandia (1939). Dan di Polandia inilah pada tahun 1940 dimulai pembunuhan massal (holocaust).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun