Saya masuk ke sebuah ruangan gelap. Ada kilatan cahaya yang menyembul dari balik jendela. Kilatan cahaya itu disertai suara menggelegar. Di luar terdengar suara gemuruh badai kencang. Atap rumah, jendela, pintu terdengar berderik-derik.
Di dalam gelap, saya melihat ke sekeliling. Saya coba mengenali suasana di sekitar. Ini adalah living room sebuah rumah tinggal.Â
Saya melihat juga ada tempat tidur yang tertata rapi. Di atas tempat tidur ada jam dinding. Jam ini berdetak 12 kali, saat suara badai disertai hujan deras terdengar menggemuruh.
Jeritan orang, suara badai, hujan lebat, dentuman benda-benda yang jatuh. Semua seakan nyata terjadi di depan mata. Saya merinding, seakan mengalami sendiri kejadian itu.
Reka ulang itu terlihat begitu hidup. Saya sedang berada di sebuah ruangan kecil di museum Neeltje Jans, provinsi Zeeland di Belanda.
Di ruangan tempat saya berdiri ini, orang bisa melihat reka ulang terjadinya tragedi air bah disertai badai yang terjadi pada tahun 1953 di Belanda.Â
Reka ulang bencana air bah di museum Neeltje Jans di Belanda ini, sempat saya videokan, bisa dilihat pada video di bawah ini:
Video di atas menggambarkan suasana mencekam saat terjadi tragedi air bah 1953 yang menewaskan 1836 orang di Belanda.
Malapetaka itu begitu mengerikan. Pengunjung merasa seolah dirinya adalah penghuni rumah yang sedang dihantam air bah itu.
Menakutkan, saya merasa terperangkap di dalam bencana. Ruangan tepat saya berdiri ini tampak berhadapan dengan laut. Menara mercusuar terlihat dari balik jendela.
Cahaya mercusuar berputar-putar, berpendar ke segala arah. Cahayanya menyorot tingginya gelombang laut.