Saya tinggal di Belanda. Setiap ada pertandingan sepak bola penting yang melibatkan tim Belanda, saya melihat banyak orang Belanda yang menghias halaman depan rumah mereka.
Hiasan itu adalah bentangan umbul-umbul berwarna oranye, panji-panji dan bendera Belanda. Penduduk Belanda memang pendukung fanatik tim sepak bola negaranya.
Tapi ini tidak berarti semua penduduk Belanda senang, kalau tim Belanda (negaranya sendiri) bisa lolos babak penyisihan Euro 2020.
Ternyata ada orang Belanda yang malah was-was kalau Belanda sampai ke babak semi final atau final. Siapakah dia? Itulah wasit Belanda!
Apa sebabnya? Soalnya impian semua wasit adalah bisa tampil di semi final atau final pertandingan internasional. Ini adalah babak bergengsi yang memberi status tersendiri bagi wasit. Setiap wasit ingin berada di babak bergengsi ini. Lalu apa masalahnya?
Masalahnya, impian wasit tadi tidak bisa terwujud apabila tim negaranya sendiri yang masuk semi final atau final. Tidak mungkin seseorang akan ditunjuk sebagai wasit untuk pertandingan yang melibatkan tim negaranya sendiri.
Bjorn Kuipers, lahir tahun 1973, dikenal sebagai wasit terbaik di Belanda dan salah satu wasit terbaik di dunia. Ia bisa sulit tidur, galau memikirkan apakah ia bisa jadi wasit di semi final atau final pada pertandingan bergengsi.
Dengan gugurnya Belanda pada Euro 2020, akhirnya Kuipers bisa jadi wasit di babak final pertandingan antara Italia vs Inggris. Babak final seperti di Kejuaraan Eropa ini adalah babak bergengsi bagi setiap wasit. Menjadi wasit pada babak penentu di event internasional adalah impian Kuipers sejak remaja.
Bjorn Kuipers pun mencatat sejarah, untuk pertama kalinya Belanda bisa menjadi wasit pada final Kejuaraan Eropa.
Selama Euro 2020 ini, Kuipers sudah menjadi wasit untuk tiga pertandingan sebelumnya yaitu antara Denmark-Belgia, Spanyol-Slowakia dan Denmark-Ceko.Â
Selama berkarir sebagai wasit, aksi Kuipers yang paling diingat ketika ia mengeluarkan 12 kartu kuning dalam pertandingan final antara Atletico Madrid dan Real Madrid pada Liga Champions UEFA 2014. Ini adalah rekor kartu kuning terbanyak yang pernah dikeluarkan pada final Liga Champions UEFA.
Mengomeli Wasit, Akhirnya Jadi Wasit
Seorang wasit tua, Chris Kleinhaarhuis (83) menjadi saksi atas perjalanan karir Kuipers sejak remaja. Kleinhaarhuis bercerita tentang Bjorn Kuipers dalam sebuah wawancara TV.
Awalnya Bjorn Kuipers remaja adalah pemain sepak bola. "Permainannya sangat bagus", kenang Kleinhaarhuis.
Ketika berumur 15 tahun, Kuipers mengikuti kompetisi sepak bola. Di tengah pertandingan, ia mengomeli wasit.
Ayahnya yang melihat hal ini menegur, "Kalau kamu terus mengomel begitu dan merasa lebih tahu, kamu pergi sana! Ikut kursus wasit sepak bola!"
Tak disangka, pada umur 17 tahun Kruipers benar-benar mendaftarkan diri untuk mengikuti kursus menjadi wasit sepak bola.
Sebagai penghormatan pada Bjorn Kuipers, nama wasit kebanggaan Belanda ini diabadikan sebagai nama lapangan bernama Bjorn Kuipersplein di kota Oldenzaal di Belanda.
Kuipers adalah wasit yang punya humor tapi tegas saat berkomunikasi dengan pemain di lapangan. Ia punya ketenangan luar biasa saat situasi menjadi tegang, misalnya saat perkelahian antar pemain, atau ada yang melempar petasan menyala ke lapangan. Ia mengatasi dengan cekatan sambil menenangkan pemain. Ia  bisa membuat pemain merasa dihormati, sebaliknya ia punya kharisma yang membuat pemain menghormatinya.
Tak heran jika Kuipers bisa mencapai kematangannya sebagai wasit seperti sekarang. Ia telah menjadi wasit sepak bola sejak remaja. Di Belanda, orang memang bisa mengikuti kursus wasit sepak bola sejak usia 12 tahun. Ini adalah kursus untuk anak-anak.
Dan untuk mengikuti kursus dasar menjadi wasit sepak bola, seorang peserta harus berusia minimal 14 tahun. Sebelumnya harus menjalani test wawancara terlebih dahulu. Sedangkan untuk latihan dasar wasit futsal, seseorang harus berusia minimal 16 tahun.
Selanjutnya peserta kursus harus magang untuk 2 kompetisi dan lulus dalam ujian. Setelah lulus ujian, kandidat wasit boleh memulai beberapa pertandingan dengan dibimbing oleh wasit berpengalaman. Kemudian supervisor akan menentukan kelompok mana yang cocok untuk wasit pemula ini.
Konglomerat yang Jadi Wasit
Dahulu wasit sepak bola di Belanda mempunyai citra membosankan dan tidak banyak dilirik orang. Tetapi seiring perkembangan zaman, citra ini berubah. Semakin banyak wasit top yang diundang sebagai pembicara, misalnya di acara-acara talk show di TV.
Media sosial juga turut punya andil dalam mempopulerkan profesi wasit ini. Mulai banyak wasit yang bermedsos, membuat profesi ini semakin populer.
Di Belanda, diterbitkan buku biografi berjudul "Bjorn", berkisah tentang Bjorn Kuipers, berisi pengalamannya sebagai wasit dan sebagai pengusaha. Dengan prestasinya ini, Kuipers juga disebut sebagai inspirator. Di luar pekerjaan sebagai wasit, ia memang kerap diundang sebagai pembicara untuk perusahaan-perusahaan.
Pekerjaan wasit di Belanda umumnya adalah profesi sampingan. Biasanya orang melakukan pekerjaan wasit hanya sebagai hobi. Atau sebagai passion. Meskipun demikian, wasit sepak bola, khususnya wasit top di Belanda, popularitasnya sejajar dengan selebriti.
Wasit top sekarang ini di Belanda sangat populer seperti pop star. Terlebih dengan hadirnya seorang konglomerat seperti Bjorn Kuipers yang tetap mau berkeringat, terjun ke lapangan sebagai wasit.
Beberapa kali saya melihat reportase dan wawancara TV dengan wasit Kuipers. Yang menarik bahwa bagi Kuipers sendiri, pekerjaan menjadi wasit dipandangnya sebagai olahraga, sebagai "top sport" yang mengasyikkan. Sepak bola adalah olahraga, tapi berkegiatan sebagai wasit juga adalah olahraga.
Kuipers bisa sampai pada pencapaian sukses sebagai wasit, karena ia melakukannya sebagai "passion". Sesuatu yang dilakukan sebagai "passion", karena panggilan jiwa, akan membuat pekerjaan itu menjadi menyenangkan, bukan menjadi beban.Â
Menurut Kuipers, salah satu bagian penting dari pekerjaan wasit adalah bagaimana membangun kepercayaan. Kepercayaan ini dimulai dari kepercayaan pada diri sendiri, kemudian bagaimana membangun kepercayaan dari lingkungan, kepercayaan dari organisasi dan kepercayaan internasional. Dan semua itu tidak terjadi secara instant.
Selain sebagai wasit, Bjorn Kuipers juga adalah pemilik dari supermarket "Jumbo" di Oldenzaal dan Denekamp di Belanda. Ia mewarisi supermarket ini dari ayahnya. Selebihnya, ia mengembangkan usaha antara lain beberapa perusahaan real estate dan studio tata rambut.
Kata Kuipers, "Melalui pekerjaan saya sebagai pembicara untuk perusahaan-perusahaan, saya bertemu dengan Kuipers lainnya, astronot Andre Kuipers. Kisahnya membuat saya terkesan. Ia telah melihat dari luar angkasa apa yang terjadi di planet kita. Iklim berubah semakin panas. Saya tinggal di Jakarta 20 tahun yang lalu. Hutan belantara yang dulu ada sekarang tak ada. Danau-danau mengering. Kita bersama-sama bertanggung jawab atas dunia kita. Saya semakin menyadarinya." (Sumber).
Untuk penampilannya di final dalam pertandingan antara Inggris vs Italia, Kuipers akan didampingi dua orang yang sudah mendampinginya selama lebih dari 10 tahun, yaitu Sander van Roekel  sebagai asisten dan Erwin Zeinstra sebagai hakim garis. Mereka ini di Belanda terkenal dengan nama "Tim Kuipers".
Bagaimana penampilan "Tim Kuipers" ini? Kita nantikan saja tiupan peluit Bjorn Kuipers dalam pertarungan antara Italia dan Inggris! ***
(Penulis: Walentina Waluyanti)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H