Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pastor Belanda Ini Jadi Nama Gedung di Jakarta

19 Mei 2021   06:48 Diperbarui: 19 Mei 2021   21:48 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desiderius Erasmus - Sumber:https://www.kunstkopie.nl/

Nama pastor ini berawal dengan huruf D. Pastor Dominggo? Bukan Pastor Dominggo. Namanya Desiderius Erasmus. Lebih dikenal dengan nama Erasmus.

Erasmus dikenal juga sebagai peletak dasar toleransi beragama di Belanda. Ia lahir di Rotterdam, diperkirakan antara tahun 1466-1469. Belanda mengenangnya tidak saja sebagai imam Katolik. Juga sebagai ilmuwan independen, filsuf, humanis dan penulis.

Nama Erasmus di Indonesia dikenal juga sebagai nama gedung di kawasan Kuningan di Jakarta. Disebut Erasmus Huis. Secara harafiah, artinya Rumah Erasmus, tapi lebih dikenal dengan nama Gedung Erasmus.

Sebelum di Kuningan, tahun 1970 Gedung Erasmus didirikan di Jalan Menteng Raya 25. (Sumber: DutchCulture). Ketika itu Gedung Erasmus diresmikan oleh Pangeran Bernhard (kakek dari Raja Belanda Willem Alexander), pada 10 Maret 1970.

Pada tahun 1981, barulah Gedung Erasmus pindah ke kawasan Kuningan. Letaknya berada di sebelah Kedutaan Besar Belanda, di Jalan Rasuna Said, Jakarta.

Foto: Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda di sebelah Kedutaan Belanda, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta -dokpri
Foto: Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda di sebelah Kedutaan Belanda, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta -dokpri
Erasmus Huis atau Gedung Erasmus merupakan Pusat Kebudayaan Belanda. Namun juga memberi tempat bagi para pegiat seni dan budaya dari Indonesia untuk mengadakan pameran, pagelaran ataupun pertunjukan. Sebagai Pusat Kebudayaan, Gedung Erasmus menyimpan sekitar 22.000 buku, majalah dan surat-surat kabar penting baik dari Belanda maupun Indonesia.

Tentu timbul pertanyaan. Mengapa untuk menamakan sebuah Gedung Kebudayaan Belanda harus menggunakan nama seorang imam Katolik? Mengapa bukan nama seniman atau budayawan Belanda misalnya?

Erasmus memang bukan hanya seorang imam Katolik. Ia juga dikenal sebagai kritikus sosial dan sosok yang paling menonjol dari Eropa Barat dalam menyuarakan humanisme. Humanisme adalah sebuah pemikiran filsafat yang mengedepankan nilai dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria dalam segala hal. (Sumber: Wikipedia).

Sebagai humanis yang juga seorang imam Katolik, Erasmus menekankan pada kepentingan umat, yang berada di atas kepentingan Gereja. Ia dikenal sebagai imam yang tak segan melancarkan kritik pada Gereja, namun tetap setia pada Vatikan.

Ia menulis karya satir terkenal berjudul "The Praise of Folly", menyindir sisi buruk manusia. Yaitu kesombongan, keserakahan dan nafsu ingin berkuasa.

Salah satu jasa Erasmus yang penting adalah menyusun Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Latin. Kemudian ini diterjemahkan juga ke dalam bahasa Belanda, Jerman dan bahasa lainnya. Sehingga masyarakat biasa mulai mengenal kitab suci. 

Sebelumnya hanya kaum rohaniwan saja yang bisa mengetahui dan memahami isi kitab suci. Erasmus berpendapat orang awam pun perlu mengenal isi kitab suci.

Belanda tidak mengenyampingkan perannya sebagai imam Katolik. Di depan gereja terpanjang di Belanda, gereja St. Jan di kota Gouda, terpajang patung Erasmus.

Foto: Patung Erasmus di depan Gereja St. Jan di kota Gouda, Belanda-dokpri
Foto: Patung Erasmus di depan Gereja St. Jan di kota Gouda, Belanda-dokpri
Karya Erasmus tidak hanya tentang hal-hal yang terkait dengan religi. Masih sederet karya lainnya. Di antaranya ia juga menulis tentang etiket berperilaku, misalnya etiket saat makan. 

Juga ia mengumpulkan pepatah kuno Latin dan Yunani. Salah satu pepatah itu terkenal hingga kini, yaitu "Tuhan akan menolong mereka yang menolong dirinya sendiri" Kumpulan pepatah kuno Latin dan Yunani yang ditulis Erasmus ini tertuang dalam karya berjudul "Adagia". (Sumber: Wikipedia).  

Tulisan ini tidak bermaksud menelisik sepak terjang Erasmus sebagai imam. Tetapi menarik melihat bahwa karya-karya  yang dilahirkan oleh seorang imam, dihormati oleh negaranya. Banyak tempat-tempat penting di Belanda yang menggunakan nama Erasmus. 

Nama gedung, nama lembaga pendidikan, nama stasiun kereta, nama rumah sakit, bahkan jalur metro juga ada yang memakai namanya, serta sejumah nama fasilitas penting lainnya.

Jembatan di pelabuhan terbesar di Eropa, yaitu Pelabuhan Rotterdam, menggunakan nama Erasmus, bernama Erasmusbrug di bawah ini.

Foto: Jembatan
Foto: Jembatan
Karya budaya bersifat universal, menjembatani ragam perbedaan kultur, agama, ras dan bangsa. Dan karya-karya Erasmus antara lain berupa ratusan buku, sejumlah karya literatur lain, dan 3141 surat disimpan di Perpustakaan Rotterdam. (Sumber: Wikipedia)

Melihat karya-karya Erasmus yang bernilai dalam bidang kebudayaan yang ikut mempengaruhi perkembangan kebudayaan di Belanda, maka namanya pun dianggap pantas disematkan sebagai nama Gedung Pusat Kebudayaan Belanda di Jakarta.

Kita adalah Pengembara

Ada kalimat dari Erasmus yang terkenal, "Kita adalah pengembara di dunia ini, bukan penghuni." Dalam bahasa Belandanya, "Reizigers zijn wij in deze wereld, geen bewoners".

Kalimat "Di dunia ini kita adalah pengembara, bukan penghuni", adalah pantulan dari Erasmus sendiri, baik dalam arti harafiah maupun arti kiasan. 

Dalam arti harafiah, ia memang seorang pengembara yang banyak melakukan perjalanan untuk menimba ilmu dan memberi ilmu ke berbagai tempat di negara-negara lain selama hidupnya. 

Untuk mengenang jasanya sebagai ilmuwan, namanya terukir sebagai nama universitas di Rotterdam, bernama Universitas Erasmus.

Foto: Universitas Erasmus di Rotterdam-dokpri
Foto: Universitas Erasmus di Rotterdam-dokpri
Sebagai "pengembara" dalam arti kiasan, ia tidak berdiam diri dan melewatkan begitu saja atas apa yang dilihatnya. Pikirannya tak berhenti mengembara. Erasmus meninggalkan banyak catatan yang hingga kini menjadi dokumen berharga, dan dikenang oleh negaranya sebagai karya kebudayaan.***

(Penulis: Walentina Waluyanti)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun