Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pentingkah Menjadi Diri Sendiri di Media Sosial?

6 Mei 2021   05:50 Diperbarui: 6 Mei 2021   12:31 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: BrainyQuote

Saya tidak punya akun di Facebook dan Instagram. Saya merasa tidak punya cukup waktu untuk itu. Terlebih ketika pertama kali saya mulai punya website sejak 12 tahun lalu, yang berguna untuk menampung hobi menulis saya. Kegemaran menulis, belum lagi yang lainnya, itu sudah cukup menyita waktu.

Satu-satunya alasan mengapa saya akhirnya punya akun di Youtube baru beberapa bulan ini,  tadinya karena satu alasan sederhana saja. Sebagai seorang ibu dari seorang putri yang sudah berkeluarga, saya ingin mewariskan resep masakan melalui cara kreatif padanya. Sesuatu yang bisa menjadi kenangan abadi. Terutama resep masakan Nusantara.

Dahulu nenek saya mewariskan buku resep masakan yang ditulis tangan kepada ibu saya. Sekarang saya pun ingin melakukan hal yang sama kepada putri saya, namun dengan cara kekinian. Jika dahulu nenek saya mewariskan resep melalui buku tulis, saya mewariskannya melalui video di Youtube. Saya ingin ini bisa bermanfaat buat putri saya, syukur-syukur kalau juga bisa bermanfaat bagi orang lain.

Hal utama yang penting bagi saya, kontennya itu harus dapat memberi manfaat. Meskipun itu tadinya ditujukan sebagai warisan buat putri saya, tapi kalau bisa, orang lain pun dapat memetik manfaatnya. 

Satu hal yang mesti disadari, manfaat itu saya bagikan di media sosial. Ini artinya saya harus menyadari konsekuensi bergiat di media sosial.

Haruskah "Aku" Sama dengan "Aku" di Media Sosial?

Jawabnya ya. Tapi bukan jawaban "ya" itu yang penting. Yang paling penting adalah mengetahui mengapa jawabannya "ya".

Saya percaya tujuan orang hidup adalah menjadi berarti bagi orang lain. Meskipun banyak orang percaya tujuan hidup yang utama adalah bahagia, tapi saya berpendapat lain. 

Menurut saya, tujuan hidup yang utama adalah kalau ada manfaat yang bisa kita berikan. Dengan sendirinya, kalau kita bisa memberi suatu manfaat, sekecil apapun itu,  maka itu akan memberi kebahagiaan tersendiri.

Memberi manfaat saja tidak cukup. Memberi manfaat itu sebaiknya dilakukan dengan sepenuh hati. Memberi manfaat tapi dilakukan tidak dengan sepenuh hati, apa gunanya?

Melakukan sesuatu yang bermanfaat, dilakukan dengan senang hati, hanya dapat dilakukan dengan tanpa bersandiwara. Kecuali aktor dan aktris, mereka memang dibayar untuk berakting. Tetapi dalam hidup nyata, menjadi orang lain, menampilkan diri yang tidak sesuai dengan kepribadian...pasti melelahkan.

Baru-baru ini kita membaca berita heboh tentang pengacara HS yang sebelumnya pernah berbicara begitu ideal tentang keharmonisan rumah tangga. 

Namun ternyata justru melakukan hal yang bertolak belakang dengan ucapannya. Tak sedikit yang berpendapat, kemesraan yang dipertontonkan terhadap DT istrinya, palsu belaka.

Menyeleksi yang Senang dan Tidak Senang

Semua yang palsu tidak akan bertahan lama. Menjadi diri sendiri, jelas adalah yang terbaik. Terbaik, sebab dengan menjadi diri sendiri, sadar atau tidak, sebenarnya kita telah membiarkan terjadinya seleksi alamiah. 

Dengan sendirinya akan terseleksi, orang-orang mana yang senang atau tidak senang dengan kepribadian kita yang sebenarnya.

Sumber gambar: quotesideas.com
Sumber gambar: quotesideas.com
Mungkin Anda adalah pribadi yang aneh, eksentrik, unik. Akibatnya bisa dua kemungkinan. Ada yang tidak senang. Tapi juga ada yang justru senang dengan kepribadian Anda.

Yang senang, mereka akan mendekat. Dan yang tidak senang akan menjauh. Bukankah ini cara alami untuk menyeleksi sebelum membangun jaringan pertemanan? Percayalah, dengan cara ini kita akan menemukan orang-orang yang tepat yang bisa menerima kepribadian kita yang sebenarnya.

Sumber gambar: BrainyQuote
Sumber gambar: BrainyQuote
Tidak perlu khawatir jika akibat menampilkan kepribadian yang sebenarnya, ada orang yang menjauh. Soal like dan dislike, dalam hidup ini adalah hal biasa. Yang penting, be yourself!

Saya perempuan berusia senja, tampil di media sosial, tidak perlu malu bahwa saya tidak semenarik gadis muda. Tidak perlu malu wajah saya sudah berkerut. 

Saya juga tidak perlu malu, jika cara saya berbicara terdengar kaku, tidak heboh seperti anak muda dengan gaya kekinian. Itulah diri saya. Saya hanya ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menjadi diri sendiri. *** (Penulis: Walentina Waluyanti)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun