Jalan sarung? Jalan kebaya? Jalan selendang? Sebetulnya bukan hanya busana khas Indonesia. Bukan hanya nama-nama kota, pulau dan tempat di Indonesia. Benda dan pernak-pernik lain khas Indonesia juga menjadi nama jalan di kota Almere Belanda.
Kebaya, batik, songket, ikat, selendang, sarung, tidak ada yang jadi nama jalan di kota tempat saya dulu tinggal di Indonesia. Tapi setelah tinggal di Belanda, benda-benda khas Indonesia ini justru saya temukan menjadi nama jalan. Â
Nama-nama jalan ini ditulis sesuai ejaan Belanda. Misalnya kata "sarung" ditulis "sarong". Kata "kebaja" ditulis kebaya. Begitu pula penulisan huruf u, yang ditulis menjadi "oe" sesuai ejaan Belanda.Â
Misalnya kata "tempo dulu" ditulis menjadi "tempo doeloe". Kata "durian" ditulis menjadi "doerian". Durian adalah buah khas Indonesia yang jarang didapatkan di Belanda. Kalaupun ada di toko, harganya cukup merogoh dompet. Di bawah ini alamat doerianstraat, artinya Jalan Durian.
Saya bertanya-tanya, adakah tukang becak di Indonesia pernah ditanya calon penumpang, "Pak, berapa ke Jalan Becak?" Seandainya di Belanda ada transportasi becak, maka pertanyaan tadi menjadi memungkinkan untuk dilontarkan calon penumpang. Soalnya di Belanda memang ada jalan yang bernama Jalan Becak.Â
Di Indonesia, yang namanya jalur becak memang ada, tapi jalan becak? Rasanya belum pernah saya temui ada orang yang beralamat di Jalan Becak di Indonesia.
Bagi penduduk kota ini, alamat bertema Indonesia sudah merupakan hal biasa. Misalnya di kawasan Indischebuurt di Almere Buiten dan di Almere Oostvaarders.Â
Ada nama jalan Samarindastraat (Jalan Samarinda), Pontianakstraat, Menadostraat, Soerabajastraat, Semarangplantsoen, Ambonstraat, Bandoengplantsoen, dan nama-nama kota/pulau lainnya di Indonesia. Selain itu ada juga nama yang bukan merupakan nama pulau atau nama kota, misalnya Bintangstraat atau Jalan Bintang.
Instrumen musik khas Indonesia yang jarang dikenal, juga ikut menjadi nama jalan. Namanya Selendrostraat atau Jalan Selendro. Selendro di sini maksudnya adalah  slendro atau salendro adalah satu di antara dua skala dari gamelan musik.Â
Tidak hanya benda, bahkan suatu event khas Indonesia pun disematkan menjadi nama jalan. Misalnya Jalan Pasar Malam di bawah ini. Tampak di latar belakang, ada bangunan mesjid di Jalan Pasar Malam di kota Almere ini.
Sebetulnya komisi ini tidak hanya bekerja untuk mengumpulkan nama-nama jalan, tetapi juga nama-nama tempat untuk umum, misalnya jembatan, terowongan ataupun jalur sepeda.
Komisi nama-nama jalan ini juga terbuka terhadap usulan dari warga setempat tentang nama jalan apa yang sebaiknya diberikan di kawasan mereka tinggal. Pada dasarnya warga juga boleh memberikan usulan untuk nama-nama jalan. Usulan ini akan ditampung oleh Komisi Nama-nama Jalan.Â
Namun komisi ini tidak memutuskan sendiri, melainkan ada rapat dewan kota yang akhirnya bersama-sama seluruh pihak terkait, memutuskan nama-nama jalan apa yang dipakai untuk suatu kawasan.
Komisi nama-nama jalan ini beranggotakan tidak saja pegawai pemerintah kota, tetapi juga wakil-wakil penduduk kota setempat. Tugas komisi ini mempertimbangkan kemungkinan pemakaian nama-nama jalan yang akan diusulkan kepada Pemerintah Kota.
Pemberian nama-nama jalan bertema Indonesia di kawasan tersebut adalah keputusan bersama dari sebuah tim di Dewan Kota. Salah satu pertimbangannya adalah untuk mengenang sejarah masa lalu Belanda. Dan Indonesia adalah bagian dari sejarah "tempo doeloe" itu. *** (Penulis: Walentina Waluyanti)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H