Dinamakan dermaga Jawa, karena dari dermaga ini kapal-kapal Belanda melayarkan kapalnya ke Pulau Jawa. Misalnya ke Pelabuhan Tanjung Priok di Batavia (sekarang Jakarta), dan ke pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya. Pengoperasian ini berlangsung sampai sekitar tahun 1950-an.
Pada masa Perang Dunia II dan setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Republik Indonesia, pengoperasian kapal-kapal Stoomvaart-Maatschappij Nederland di pelabuhan Amsterdam Timur ini pun menjadi surut.
Seiring dengan berjalannya waktu, dermaga Jawa di Amsterdam Timur kemudian berubah fungsi. Kawasan ini kemudian bernama "Pulau Jawa", ketika pada tahun 1990-an, kawasan ini dibangun menjadi kawasan pemukiman. Kompleks pemukiman ini terdiri dari flat yang dibangun dengan arsitektur menarik. Flat-flat ini relatif baru, mulai dibangun sekitar tahun 1990-an.
Banyak sudut di kawasan pemukiman Pulau Jawa di Amsterdam ini yang diberi nama bertema Indonesia. Begitu juga nama jalan-jalan bertema Indonesia. Misalnya ada nama Imogirituin (Taman Imogiri), Sapituin (Taman Sapi), Bogortuin (Taman Bogor).
Di bawah ini salah satu sudut jalan di Java Eiland di Amsterdam, bernama Imogirituin. Nama ini diambil dari nama daerah di Yogyakarta, juga populer sebagai  nama lokasi pemakaman  raja-raja Mataram.
Ya! Belanda telah kehilangan Pulau Jawa, tanah koloninya di masa lalu yang begitu luas. Kehadiran Pulau Jawa di Amsterdam ini seakan menjadi monumen kenangan tentang masa kolonialisme yang telah lama lenyap. *** (Penulis: Walentina Waluyanti)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H