Mohon tunggu...
agus walliet
agus walliet Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aku laki laki sederhana

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Maaf RD, Saya Menolak Lupa Komentar Anda

7 Januari 2016   12:53 Diperbarui: 7 Januari 2016   12:53 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : www.goal.com

PENDAHULUAN

Penulis masih ingat dengan komentar dan tanggapan salah satu coach Indonesia yang sangat "berprestasi" di era sebelumnya tentang dampak sanksi FIFA bagi pesepakbola Indonesia. Beliau mengucapkan bahwa dengan sanksi ini, maka para pemain Indonesia yang punya bakat, tidak akan bisa bermain di Liga di Luar negeri.

Untuk "menyegarkan" kembali ingatan para kompasianer penggemar sepakbola, penulis mengutipkan kembali pernyataan beliau tersebut sebagai berikut:

"Tidak diperbolehkan melakukan aktivitas tentu proses ITC ini akan sangat mengganjal administrasi pemain. Jadi pemain punya kemampuan hebat kalau klub luar negeri mau ambil mereka, mereka bisa berangkat, tapi enggak dapat izin untuk bermain. Karena itu tadi ITC. ITC itu seperti SIM-lah Surat Izin Mengemudi secara sederhana," kata Rahmad Darmawan kepada KBR (1/6/2015). (sumber: http://m.portalkbr.com/06-2015/pascasanksi_fifa__pemain_indonesia_tak_bisa_main_di_klub_luar_negeri/71590.html)

ISI

Seperti yang sudah sama sama kita ketahui, ada beberapa pemain dan pelatih yang berkiprah di luar negeri pasca sanksi FIFA, sebut saja di antaranya adalah Irfan Bachdim dan Evan Dimas (Pemain)  Rudy Eka Priyambada (pelatih).

IRFAN BACHDIM

Klub asal Jepang, Consadole Sapporo, akhirnya merilis secara resmi daftar pemain yang mereka perpanjang kontraknya untuk musim 2016. Berdasarkan rilis di laman resmi klub, di antara 25 pemain yang telah memperbarui kontrak bersama klub kontestan Divisi 2 J-League (J2-League) itu, terdapat pemain asal Indonesia, Irfan Haarys Bachdim. (sumber: www.goal.com)

EVAN DIMAS

sumber foto : sportdetik.com

Evan bakal kembali ke Catalunya. Tidak lagi ke Llagostera, melainkan berlabuh ke Espanyol.

Pihak Nine Sports, selaku promotor yang membukakan jalan Evan ke Espanyol, sudah mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut. Bedanya, Evan kali ini tidak akan menjalani trial, melainkan melakoni latihan selama lima bulan. (sumber: http://sport.detik.com/sepakbola/read/2016/01/07/030006/3112437/76/evan-dimas-dalam-jalan-kembali-ke-spanyol)

RUDY EKA PRIYAMBADA

sumber foto: www.bola.com

Mantan asisten pelatih Mitra Kukar tersebut kini sedang melatih klub asal Bahrain, Al Najma. Rudy Eka Priyambada direkrut Al Najma pada bulan April 2015.

Arsitek muda yang mengantungi sertifikat kepelatihan A AFC ini menandatangani kontrak berdurasi satu tahun di klub yang bermain di pentas Divisi II Bahrain tersebut. Di klub tersebut, Rudy berperan sebagai asisten pelatih dan direktur analis teknik tim akademi Al Najma. (sumber: http://www.bola.com/indonesia/read/2390840/ini-dia-profil-3-pelatih-indonesia-yang-berkarier-di-luar-negeri)

KESIMPULAN

Jika membaca kalimat di paragraph pendahuluan di atas, maka terdapat maksud yang saling bertentangan antara pernyataan sang coah kaliber nasional dengan implentasi faktual yang ada di lapangan.

Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi ketika seorang yang tentunya sudah sangat berpengalaman, mengucapkan pernyataan yang bukan saja "dipatahkan atau dimentahkan" oleh atau lewat pernyataan orang lain, akan tetapi dipatahkan oleh bukti bukti riil yang hadir dan telah disaksikan oleh sedemikian banyak orang.

Mungkin bisa jadi sang "coach" lupa, bahwa klub klub di luar negeri sangat memandang sebuah aturan dan meletakkannya di atas semua aturan yang mereka produksi sendiri (aturan klub tersebut), jika itu hanya sekedar ITC, tentu mereka sangat dan sudah antisipasi terhadap masalah ini.

Atau bisa jadi sang coach juga lupa, dan menganggap bahwa klub klub di luar negeri itu, kepengurusan manajemennya sama atau mirip dengan klub klub di negeri kita, yang mana aturan aturan yang digunakan tidak jelas, sehingga sang coach kemudian mengeluarkan pernyataan seperti tersebut di paragraph pertama.

Atau bisa jadi pula, sang coach telah lupa dan "menganggap" federasi di luar negeri, para pejabatnya adalah orang orang yang tidak profesional, sehingga "mengizinkan" para pemain dari Indonesia dan pelatih dari Indonesia (yang dinegaranya sedang kena sanksi),  berkiprah di negara mereka.

Namun sayang coach, kami pecinta sepakbola nasional., menolak lupa dengan pernyataan anda di media 1 tahun yang lalu,..

Sungguh sayang, jika kemampuan coach yang hebat dan seharusnya bisa mandiri, digunakan hanya untuk kepentingan kelompok belaka.

 

Salam

Author

 

Agus Walliet

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun