Mohon tunggu...
Andrean frenzisky
Andrean frenzisky Mohon Tunggu... Petani - aku ya aku kamu ya kamu

cuman mau seperti batu pondasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Soreku Bersama Ayah

22 Februari 2022   18:57 Diperbarui: 22 Februari 2022   19:01 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi tadi seperti biasanya, kicauan ibu berada 15 meter dari ku,panjang nada-nada yang datang,tadinya kecil seakan membesar kala suara itu di depan pintu.omelan ibu tak bisa pulaskan tidurku.hiks

"sapu rumah,pel rumah.setelah itu antar lauk pauk ayah ke sukabumi"

Oh iyaa... ayah ku tinggal di sukabumi(rumah nenek),ibu di embong panjang.pasti berfikir aneh kan?kenapa ayah di suka bumi,karena ayah buat kolam lele di belakang rumah.berhubung tidak ada yang pantau akhirnya ayah memutuskan tinggal di sukabumi.paham kan kan. Baik la kita mulai cerita nya.

"tok..tok..tokk..yaah ayaah"
"uiii"
"ini lauk pauk nya"
"oh iya. makasih"
"aku pulang"
"nanti jam 3 kesini lagi ada yang mau borong lele"
"oke"

cuaca semakin terik membakar kulit,dan tidur adalah solusi melepas capek setelah nyapu ngepel tadi hehe

tak terasa sudah jam 15.00.sesuai janji,aku harus lebih cepat untuk datang,ku engkol motor berwarna putih milik ayah.benar saja setelah tiba ayah sudah menunggu di depan pintu.

"kuras kolam dulu"
"berapa lama yah"
"sampai kering"

hiks.aku salah dalam memilah kata, ayah terlalu pandai menepatinya di pikiran ku. Aku belajar

"Ayah sudah kering"
"ambil tangguk nak"
"okee"

momen ini sangatlah seru,aku dan ayah menangkap ikan lele di kolam meletakannya di ember besar.setengah jam berlalu

"buat jaring nak untuk ikan di ember,nanti mati bila terlalu lama"

"baik ayah"

Dengan gaya detektif,ku amati prihal ikat mengikat jaring itu.

"masuki ikan ke jaring"
"baik yah"
"hidupi air untuk kolam nak"
"oke"

kerja pun selesai, penat terlepas saat rokok surya dan milan menyala duduk pada rindang pohon.tak butuh lama mendung datang namun belum hujan, ayah bergegas ke rumah.aku masih saja lamuni ikan lele hasil tangkapan ku.selang itu hujan turun basahi tubuh ku dan ayah memanggil

"nak.. hujan..pulang lah"

disini aku sadar,tak ada yang spesial dari cerita ini,namun ucapan ayah lah begitu spesial pada kalimat terakhir cerita ini.

maaf yah, aku terlalu lama untuk pulang hingga wajah mu semakin mengkerut dan rambut mu memutih saat menatapku dari kejauhan .

 Sekali lagi maaf yah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun