Orang-orang berlomba membeli pakaian, perhiasan yang paling bagus untuk dipakai saat hari raya. Jika tidak memakai pakaian baru, rasanya seperti tidak merayakan Idul Fitri. Inilah apa yang disebut oleh Herbert Marcuse sebagai false needs (kebutuhan palsu). False needs biasanya timbul karena rekayasa dari para kapitalis bahwa produk mereka berasosiasi dengan good life.
Dalam iklim kapitalisme seperti itu, berdampak pada alam kesadaran manusia. Lucien Steve menyebutkan apa yang pernah ditulis Karl Marx bahwa kapitalisme adalah bangunan sosial yang memanusiakan benda dan membendakan/mereifikasi manusia (Eko Prasetyo, 2005).
Artinya, kata Eko Prasetyo, memanusiakan benda berarti benda dihargai sebagai sesuatu yang utama dalam kehidupan. Membendakan manusia, lanjut dia, berarti manusia dinilai tidak lagi dari kualitas inheren yang ada pada dirinya.
Anak-anak menjadi minder apabila tidak memakai baju baru di hari raya dengan kawan sebayanya yang memakai pakaian baru. Beberapa manusia muslim hanya merasa ada keberadaannya karena kepemilikan benda.
Orang sudah memberhalakan benda yang ujungnya timbul kultur konsumtif. Konsumtivisme justru mencapai puncaknya ketika Idul Fitri. Padahal Rasululllah saw menyatakan, “Hari Raya bukanlah milik orang yang baru pakaiannya, melainkan milik mereka yang bertambah kepatuhannya.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H