Mohon tunggu...
Memories
Memories Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Hanya orang biasa yang tidak berarti apa apa

Mengagumi perjalanan hidup seseorang memberikanku banyak inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rintihan Malam

11 Maret 2020   17:12 Diperbarui: 11 Maret 2020   17:14 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Unsplash

Langit bersenandung menyanyikan gurindam malam, syairnya melelapkan tubuh lelah bermandikan hujan dari balik kelopak mata.

Merdunya membungkus onggokan mungil bergelut koran dibawah jembatan.

Kadang binar terpejam namun perut meronta-ronta memberontak menahan dinginnya semesta.

Sejak sajak tentang ayah bunda telah berubah menjadi buaian indah pelipur lara.

Mengertilah mereka bahwa ibu tak selamanya bebelas kasih dan sayang.

Tidak untuk mereka yang mengubur cita-cita diantara wewangian sisa senang-senang.

Yang kini tlah menggunung meninggi hampir menyentuh wajah biru payung ibu.

Ibu tak pernah ramah pada kantong-kantong kecil berkerut yang cukup hanya di isi dengan sepotong roti.

Inikah ibu, tanya mimpi pada nyata yang terbangun karena teriknya lampu jalanan.

Ya..! Jawabnya.

Dan jiwa-jiwa mungil itu tetap terlelap dalam dekapan asa untuk mendapatkan sepotong roti hari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun