Duduk bersandar pada pekat realitaÂ
Buku mulai berdebu tanah sengketa
Pojok ruang mulai gelap tanpa cahayaÂ
Suara rintik hujan temani tetes air mata
Gelapnya kembali bertandang dengan tegur sapa
Tentang masa kelam dituang tinta hitamÂ
Perlahan senyum tenggelam palung marianaÂ
Tersisa harap dalam derap penuh duri tajam
Lekat ingatan tentang air mata tinta hitam
Ujung celurit dipandang sebagai titik terang
Tajam, siap merobek dengan kata hantam
Itulah isi pikiran dalam gelapnya ruang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!