Mohon tunggu...
Waidjie S.
Waidjie S. Mohon Tunggu... -

Mengarang cerita fiksi di setitiktintawaidjie.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel| Bab 5 Babe

3 April 2017   10:56 Diperbarui: 4 April 2017   15:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini tanggal 12 April.

“Sebagai Hari Bawa Bekal Nasional,” ucap Kepala Sekolah pada pengumuman kemarin. “Paling banyak sampah dari botol air mineral, runner-up adalah kantong plastik.”

Untuk mengurangi sampah dari botol air mineral dan styrofoam, kantong plastik, SMA 13 menggalakkan reduksi sampah nonorganik. Kepala SMA 13 Taru berkata, “Kita harus terapkan zona sekolah sebagai tempat pertama yang mereduksi sampah. Anak-anak diharapkan bawa bekal mulai besok. Gunakan tempat atau rantang langsung dari rumah dan bisa digunakan berulang-ulang. Terapkan sekolah kita sebagai zerosampah nonorganik.”

Walaupun begitu sekolah tidak ada pelarangan untuk beli makanan di kantin. Dan kantin masih tetap berjalan sebagaimana sebelumnya.

“Ke depan mulai dari kita, sekolah, anak-anakku sekalian. Sedikit banyak perbuatan kita berpengaruh terhadap lingkungan. Kita juga salah satu masyarakat yang perlu menjaga lingkungan dan menjaga kesehatan anak-anak yaitu kalian.” Itu pidato pembuka hari bawa bekal nasional. Sekarang sekolah gencar berkampanye zero sampah nonorganik.

“Beberapa sekolah telah terapkan dari tingkat SD-SMP. Kita harus bergerak saat ini.”

Istirahat pertama Rara, Lolie dan Miranda janjian tidak pergi ke kantin barengan. Untuk pertama kali dalam urusan perut. Minggu lalu sepakat jika hari ini mereka membawa bekal dari rumah. Mereka mau coba praktekkan kampanye Babe.

Jelang istirahat pertama.

“Wah, bento!” seru Miranda sebelah Rara. “Asli bento Jepang gak sih?”

“Eng-gaklah. Ini hasil kreasi modifikasi dari mamaku, Mi. Mamaku beli buku bento (bekal) kurang dari 30 menit.”

“Hhm, sudah gede pakai bento-bentoan.”

Revi memanjangkan leher bak jerapah. Menengok dari kejauhan apa isi di kotak makanan Rara.

Rara menoleh. “Sirik!” Lalu mengamati lagi makanan yang disiapkan oleh ibunya. Sebenarnya untuk Jika. Dilihat menarik dan dia langsung me-request minta dibuatkan satu tapi karakter Hello Kitty.

Dulu, sewaktu SMP. Ibu Rara selalu membujuk Rara. Ibunya berpikir keras bagaimana Rara bisa membawa bekal karena dia mati-matian tak mau bawa bekal. Ada-ada saja anak itu. Jangankan bekal sedangkan air minum saja malas bawa. Dia beralasan berat, “Sudah bawa buku banyak, Ma. Lama-kelamaan bungkuk aku, Ma.”

Karena Rara, ibunya sengaja buatkan bento spesial untuk Jika. Ide cemerlang itu berhasil bikin Rara terbawa suasana untuk minta dibuatkan satu.

Sekarang ada kampanye Babe (Bawa Bekal) mau tak mau Rara harus ikut euforia itu.

Hari berikutnya.

Senyum mengembang sahabat Rara, wadah plastik dan botol minuman digiring ke kelas X-B. Mereka tak segan sekarang. Malah sekolah gencar sosialisasi untuk membawa makanan sehat dari rumah.

“Apa menumu?” tanya Miranda. “Wah..”

“Nasi goreng.” Tercatat rasa kagum di wajah Rara.

Lolie ikutan celinguk ke bekal punya Rara, “Iih... Kerennya,” puji Lolie.

“Siapa bikin?”

“Mamaku.”

Nasi goreng milik Rara dihias menyerupai wajah. Mie keriting-keriting sebagai rambut di kepala. Hidungnya sosis merah. Mulutnya telur dadar dipotong memanjang.

“Ribet gak sih, Ra?”

Belum dijawab Rara, sudah dihujani pertanyaan Lolie. “Mamamu bangun subuh-subuh dong?”

“Gak. Mamaku ada beli cetakan. Tapi kalau bangun awal, iya.” Nasi goreng yang sudah terbentuk rapi. Dihiasi makanan lain untuk mempercantik sekaligus mengugah selera makan. Membuat hati Rara terharu dan memahami arti pergorbanan ibunya yang memasakkan untuk dia dan Jika. Hingga nangkring semacam pikiran akan selalu menghabiskan makanan. Karena ibu Rara selalu menanyakan, “Ra, kenapa gak habis makan?” Membuat Rara tersadar. Dia tidak akan melukai lagi perasaan ibunya. Dengan rajin membawa bekal. Membuang rasa malu dan menghabiskannya. “Jadi tinggal taruh di cetakan jadi deh bentuk muka…”

“Mirip kamu, kan,” sela Revi tiba-tiba, matanya jatuh ke atas bekal makanan Rara.

“Kutu rambutmu jatuh ke sini, Revi, minggir!” Niat Rara hendak mendorong lengan Revi. Tapi Revi dengan gesit bisa menjepit hidung Rara, ehh.. mencuil sosis milik Rara.

Lolie cuman tercengang. Dia sedari tadi mengawasi tingkah Revi. Kalau Miranda lagi asyik menyantap bekal.

Rara kaget masakan buatan ibu dibajak Revi lalu dia memasang muka cemberut. Melihat Revi memasukkan 'hidung sosis' ke dalam mulut, “Iih.... minta buatin sama ibumu. Cuman kau aja gak ikut Babe.”

Sukses bikin perhatian Miranda beralih ke Revi.

Revi berubah dingin. Raut mukanya terselimuti amarah. Sebelum memisahkan diri dari mereka, Revi menendang kaki meja Rara. “Pelit!!” Sontak Miranda dan Lolie kaget. Apalagi Rara.

Mulut Miranda penuh makanan. Sambil mengunyah dia berujar, “Kenapa dia gitu, Ra?”

Suara Miranda terdengar samar dan Rara hanya tahu mengangkat bahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun