Menurut Roland Barthes dalam Mythologies, mitos tidak berhubungan langsung dengan mitologi. Mitos adalah cara pemaknaan dari sebuah narasi/cerita atau wicara. Sangat mungkin bahwa apa yang saat ini diyakini sebagai mitos, tiba-tiba hilang dan tergantikan oleh mitos yang lain.Â
Mitos bukanlah tentang objek apa yang dituturkan melainkan bagaimana obyek itu disampaikan dan dalam situasi seperti apa. Oleh karena itu, apapun bisa menjadi mitos, tergantung ideologi yang ada dibalik mitos tersebut.
 "Pembaca" dituntut jeli untuk menemukan asosiasi tentang apa dan siapa yang ada dalam mitos. Dalam bahasa Karen Amstrong, selain bagaimana mitos itu disampaikan, hal terpenting yang ada dalam mitos adalah nilai positif dan makna denotasi dibalik keberadaan mitos tersebut.
Penutup
Sebuah puisi pendek pernah ditulis oleh Erick Kastner. Demikian bunyinya: "Siapa yang lupa akan hal indah maka dia akan jadi jahat. Siapa lupa hal yang jelek maka ia akan jadi bodoh". Pagebluk Covid 19 tidak untuk dilupakan. Covid 19 adalah bentuk lain pengulangan sejarah wabah penyakit yang menyerang umat manusia, manusia Jawa termasuk didalamnya.
Kemampuan mengingat dan menghidupkan kembali mitos dan nilai didalamnya merupakan upaya menjaga keseimbangan semesta dan menumbuhkan harapan untuk hidup. Kemampuan manusia berikhtiar secara budaya adalah bagian dari identitas manusia Jawa. Tanpa mitos, siapakah diri kita? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H