Mohon tunggu...
Wahyu Widadi
Wahyu Widadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Wahyu Widadi saat ini merupakan mahasiswa S2 Prodi Ilmu Komputer di Universitas Budi Luhur Jakarta. Saat ini bekerja pada bidang Humas di salah satu Instansi negara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pencegahan Kejahatan Digital dengan Membangun Semangat Praktisi IT Berbudi Luhur

25 Agustus 2023   06:42 Diperbarui: 25 Agustus 2023   10:25 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam era yang semakin terhubung secara digital, ancaman terhadap keamanan dan privasi informasi semakin meningkat tajam. Kejahatan digital menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh dunia teknologi informasi saat ini. Pentingnya menghasilkan dan memiliki praktisi teknologi informasi (IT) yang berbudi luhur tidak dapat diabaikan, karena mereka memiliki peran sentral dalam pencegahan dan perlindungan terhadap ancaman aspek digital. Hal tersebut menjadi alasan mengapa semangat berbudi luhur dalam industri IT dapat berdampak besar dalam mengatasi kejahatan digital dan menjaga integritas dunia digital.

Ancaman Kejahatan Digital

Dunia mencatat besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai kejahatan digital yang pernah terjadi. Diantaranya  yaitu serangan ransomware WannaCry yang menginfeksi jaringan komputer pada tahun 2017 dengan memanfaatkan kerentanan dalam sistem operasi Windows yang belum diperbarui. Ribuan komputer di seluruh dunia terkena dampaknya, termasuk rumah sakit, perusahaan, dan pemerintah. Dengan total kerugian mulai ratusan juta hingga milyaran rupiah.[1] 

Sedangkan di Indonesia sempat heboh serangan aplikasi undangan .apk yang menyebar melalui aplikasi pesan online pada platform Android. Serangan tersebut mencuri data pribadi dan keuangan korban melalui penguasaan perangkat yang terinfeksi. Salah satu korban bahkan ada yang mengalami kerugian keuangan sampai 1,4 Milyar dari satu serangan.  Bisa dibayangkan bila kerugian tersebut diakumulasi ke seluruh korban pihak yang menjadi korban.[2]

Belum lagi dengan ancaman spyware Pegassus yang sampai saat ini diklaim belum ada penangkalnya. Spyware ini merupakan buatan perusahaan NSO Group Technologies asal Israel[3].  Pada interview di podcast Shawn Ryan Show yang ditayangkan kanal Youtube.com pada 9 Mei 2023, peretas Ryan Montgomery yang berhasil membongkar kejahatan predator anak melalui internet, mengatakan bahwa Pegasus dapat menginfeksi tanpa ada intervensi dari pemilik/korban. Penyerang dapat menyerang peralatan korban kapanpun dia mau tanpa korban menyadari atau harus berinteraksi dengan spyware tersebut. Artinya, saat ini, menurut Ryan kita tidak bisa melakukan apa-apa saat sudah menjadi target spyware ini.[4] 

Dan yang lebih menghawatirkan adalah adanya informasi jejak Pegasus di Indonesia. Hal tersebut dilansir oleh Tempo pada 11 Juni 2023. Pada laporannya, Tempo mengatakan bahwa spyware tersebut masuk ke Indonesia pada tahun 2018 dan diduga pernah dipakai oleh lembaga pemerintah. Peneliti CitizenLab asal Indonesia, Irene Poetranto menduga Pegasus telah dipakai secara luas di Asia Tenggara. [5]

 

 Langkah Pencegahan

Berbagai cara dan langkah telah disampaikan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk menekan dan menghentikan peningkatan kejahatan digital. Mulai dari penerapan Undang-Undang  Nomor 11 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sampai dengan berbagai penyuluhan untuk lebih memahami dunia digital seperti Program Literasi Digital oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Hal tersebut tentunya untuk melindungi masyarakat agar tidak menjadi korban kejahatan digital yang banyak menyerang masyarakat yang kurang memahami dunia digital.

 Keberhasilan metode tersebut tentunya akan lebih baik bila dibarengi dengan peningkatan kesadaran etika moral para praktisi IT yang selama ini terlibat pada akitivas kejahatan digital.  Inilah alasan mengapa praktisi IT yang berbudi luhur sangat penting. Semangat berbudi luhur menciptakan lingkungan kerja yang berintegritas tinggi dan bertanggung jawab, yang pada gilirannya akan membantu mencegah terjadinya kejahatan digital.

 

Budi Luhur Menjadi Salah Satu Kunci Pencegahan

Drs. Djaetun, HS, pendiri Yayasan Budi Luhur Cakti mengatakan bahwa cerdas berbudi luhur adalah dua hal yang tak terpisahkan. Kecerdasan tanpa budi luhur akan cenderung digunakan untuk membodohi dan mencelakakan orang lain. Sebaliknya budi luhur tanpa diimbangi dengan kecerdasan akan menjadikan seseorang korban kejahatan dan penipuan orang lain. [6]

Oleh sebab itu sejatinya praktisi IT bukan hanya ahli dalam kode dan perangkat keras, tetapi juga memiliki tanggung jawab etis terhadap penggunaan teknologi. Membangun semangat berbudi luhur dimulai dengan pendidikan etika yang kuat. Dalam pelatihan dan pendidikan, praktisi IT harus diberikan pemahaman tentang implikasi sosial dan moral dari pekerjaan mereka. Kesadaran tentang dampak positif dan negatif teknologi pada masyarakat dapat mendorong mereka untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Semangat berbudi luhur dalam komunitas IT juga tercermin dalam upaya untuk mengutamakan keamanan data. Praktisi IT yang memiliki semangat berbudi luhur akan selalu berusaha untuk melindungi data dan informasi sensitif dari ancaman kejahatan digital. Mereka akan aktif mencari celah dan kerentanan dalam sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan, serta mengambil tindakan preventif untuk mengamankan sistem.

Membangun semangat berbudi luhur melibatkan kolaborasi antara praktisi IT dan pihak-pihak lain, termasuk pemerintah, perusahaan, dan masyarakat umum. Praktisi IT dapat berperan sebagai narasumber dalam penyuluhan tentang keamanan siber kepada masyarakat. Mereka dapat memberikan informasi tentang praktik terbaik dalam menghindari kejahatan digital, serta membantu masyarakat lebih sadar akan risiko yang ada.

Pencegahan kejahatan digital merupakan tanggung jawab bersama yang melibatkan banyak pihak, termasuk praktisi IT yang memiliki peran sentral dalam melindungi dunia digital. Dalam membangun semangat berbudi luhur, praktisi IT dapat menjadi pionir dalam membentuk budaya yang fokus pada integritas dan tanggung jawab. 

Dengan pendidikan etika yang kuat, upaya mengutamakan keamanan data, serta kolaborasi dan penyuluhan kepada masyarakat, praktisi IT dapat berkontribusi secara signifikan dalam mencegah dan mengatasi kejahatan digital. Dengan semangat berbudi luhur, kita dapat bersama-sama menjaga integritas dan keamanan dunia digital bagi generasi saat ini dan yang akan datang. Dan dengan bertambahnya praktisi yang berbudi luhur diharapkan akan dapat berkontribusi pada pencegahan dan penurunan tindak kejahatan digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun