Lalu, apa kabar paradigma kebijakan iptek kita hari ini?
Kita bisa melihatnya melalui sepak terjang lembaga Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Walau sempat menimbulkan prahara di awal tahun melalui peleburan beberapa institusi riset negara, agaknya kita kembali ke paradigma lama dengan dorongan riset dasar (1950-an).
Sebagai sebuah pilihan kebijakan di tengah negara yang menganut paham demokrasi, itu sah-sah saja. Namun, apakah hal tersebut tepat dan mampu berkontribusi untuk pembangunan ekonomi Indonesia ke depan?
Perlu diingat, struktur piramida ekonomi kita hampir 97% dipenuhi oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Mereka sepenuhnya masih bergantung dan berjibaku dengan produk impor.
Kita tentu perlu berharap kepada lembaga riset raksasa BRIN. Bagaimana paradigma riset dasar yang diambil dalam lintasan iptekin-nya mampu melipatgandakan PDB Indonesia hanya dalam beberapa puluh tahun saja, demi mengubah status Indonesia menjadi negara maju.