Mohon tunggu...
L. Wahyu Putra Utama
L. Wahyu Putra Utama Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi

Literasi dan Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsepsi Jiwa dan Eksistensi Menurut Afdhaluddin Al-Khasani

11 Juni 2020   16:13 Diperbarui: 11 Juni 2020   18:30 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Khasani tahap aktualisasi tertinggi dari jiwa manusia adalah kecerdasan atau intelektual ('aql) dan telah mencapai level kebijaksanaan (mardum i tamami). Intinya, manusia didasakan pada tingkatan hirarkis di mana puncak kesempurnaan manusia dicapai oleh mereka yang tergabung dalam agen intelektual yang  menghantarkan mereka menuju anak tangga kebenaran hakiki. 

Untuk memperoleh kebijksanaan, manusia harus mencapai dua tahap yaitu pertama 'Aql nazari yaitu proses kontemplasi atau perenaungan mendalam terhadap suatu realitas atau dengan kata lain 'aql nazari adalah bangunan konseptual pada diri manusia terhadap dunia sekitarnya. Khasani tampaknya mengikuti tradisi Neoplatonik di mana pemikiran konseptual merupakan alat untuk membuka gerbang batin. (Chittick; 2001).

Setelah manusia memperoleh 'aql nazari, level selanjutnya adalah 'Aql 'amali atau kecerdasan praktis berupa kemampuan untuk melakukan hal-hal yang bersifat rasional dan koheren. Dengan bertindak rasional inilah, manusia dapat bertindak secara benar baik kepada sesama manusia maupun kepada Tuhan. Selain itu, kecerdasan 'amali ini memiliki dua tingkatan yaitu pemahaman luas terhadap suatu ilmu dan kesempurnaan spiritual bagi mereka yang merindkan akhirat.

Level Eksistensi

Dalam bahasa Arab, kata wujud berasal dari kata wajada berarti menemukan atau wujida dalam bentuk pasif, bermakna ditemukan, kata wujud sendiri berarti "yang ada". Dalam  filsafat Islam, wujud memiliki arti lebih luas yaitu mencari inti dibalik yang ada atau hakikat sebenarnya dari suatu eksistensi.

Level eksistensi dalam pemikiran Khasani ada empat tahap pertama, kemungkinan (mumkin), berawal dari rasa keingintahuan tentang apa yang benar. Ini seperti anda melihat pegunungan dari kejauhan yang berwarna kebiruan. Panca indra anda mungkin mengatakan benar, tetapi semakin anda mendekat, maka anda menemukan hakikat kebenaran berdasarkan akal.  

Tahap kedua yaitu wujud berarti ada atau ditemukan, seperti kita melihat alam jagat raya. Apakah alam ini hadir dengan sendirinya, ataukah ada kekuatan adikodrati yang mengontrol semuanya? pertanyaan ini mengarahkan kita pada keyakinan akan eksistensi Tuhan. Setelah adanya wujud, tahap selanjutnya yaitu proses pencarian (yabanda) melalui kontemplasi dalam memahami tanda-tanda kebesaran Allah Swt.  

Adapun level tertinggi dari eksistensi adalah mengenal diri sendiri, level ini sama dengan orang yang berada pada derajat Ihsan atau Muttaqin yaitu beribadan seolah-olah dirinya melihat Tuhan, tidak ada keraguan, hidupnya murni diperuntukkan hanya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Orang yang mengenal diri sendiri memiliki wawasan luas dan bijaksana, ia tidak menggantungkan diri kepada dunia, tapi dunia-lah yang tunduk kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun