Sekolah itu salah satu cara untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme setiap individu.Â
Walaupun hal tersebut masih bisa dibantah jika merujuk sejarah terdahulu.Â
Misalnya, para pejuang yang lampau punya nasionalisme, bahkan lebih besar dan telah diwujudkan dengan mengorbankan jiwa raganya untuk negeri ini.Â
Padahal mereka dulu tidak bersekolah. Atau bisa saja bersekolah, tapi tidak senikmat bersekolah di masa kini.Â
Anak sekarang sulit mengerti arti cinta pada negara.Â
Boleh jadi karena memang lingkungan tidak mendukung untuk hal tersebut. Atau ada kemungkinan guru yang mengajar tidak menekankan aspek nasionalisme.Â
Guru terlalu sibuk mengisi presensi kehadiran, menyusun perangkat administrasi, serta mengelola nilai 'gaib' daripada membangun generasi emas bersayap Garuda.Â
Lihatlah apa yang dilakukan warga sekolah sehari-hari, tidak lebih dari menjalankan hal-hal yang bersifat formalitas saja.Â
Perjuangan mereka tidak seperti pejuang kemerdekaan, larut dalam kobaran semangat, tiada henti berjuang hingga titik darah penghabisan.Â
Anak-anak hanya diminta untuk habiskan masa mudanya dengan belajar, kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi, perkuat nasionalisme melalui berbagai kegiatan positif.Â
Nyatanya, ada ketakutan dan kekhawatiran akan kemiskinan.Â
Itu saja problemnya.Â
Coba lihat para guru di sekolah, mereka takut kelaparan dan kesusahan, tidak bisa beli susu untuk anaknya.Â
Alhasil, mengajar tidak maksimal, tugas sekadar selesai, prestasi kian menurun, semuanya bermuara pada kualitas output yang dibawah harapan.Â
Anak didik pun demikian, menganggap sekolah hanya isu belaka. Toh sudah banyak kesuksesan yang dicontohkan tanpa harus bersusah payah di dunia sekolah.Â
Kenyataannya memang demikian, tidak bisa menyalahkan siapapun, apapun dan dimanapun.Â
Jika masih ada waktu, ambil saja nasionalisme setiap individu itu. Kumpulkan menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan.Â
Khawatir, beberapa tahun ke depan, sekolah bukan tempat yang baik lagi untuk mengasah nasionalisme dan semangat bela negara.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H