Nyatanya para guru yang berada di bawah garis kesejahteraan punya usaha untuk menutupi dapurnya yang bolong.Â
Mereka berdagang, ada yang usaha rumah makan lamongan, yang buka hingga larut malam. Paginya mengajar, malamnya berdagang. Alhasil, badan capek, mata lelah, mengajar tidak efektif, karena kondisi tubuh kurang fit.Â
Jika meninggalkan dunia dagang, sang guru tak punya penghasilan untuk menutupi dapurnya yang akan karam.Â
Jika memilih di dunia pendidikan, sungguh hal itu sangat mencekik dirinya.Â
Pendidikan itu gerbang masa depan. Tetapi entah mengapa kehidupan orang yang ada di dalamnya lebih banyak yang suram.Â
Apakah memang guru ditakdirkan hiduo susah, atau memang manusia saja yang terlalu tamak?
Hari guru itu tidak ada. Guru hanya sebagai pion untuk mereka yang mencari simpati di antara kumpulan orang. Alih-alih memperjuangkan nasib guru. seenaknya saja menghina profesi mulia ini.Â
Sudahlah bapak ibu guru. Mungkin dunia ini bukan tempat baik untuk dirimu dan keluarga. Semoga dikehidupan lanjutan, engkau mendapat kebahagiaan yang tiada tara, melebihi nikmatnya orang kaya di dunia.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H