Tidak ada sepakbola yang benar-benar nyata. Jikalau ada, hanya bisa disaksikan di komplek-komplek kota, atau tanah lapang di perkampungan. Hanya anak-anak sungai atau remaja dusun yang jujur bermain bola. Tak ada judi, tak ada intimidasi, atau praktek dukun sesat. Semua hanya untuk bersenang-senang.
Kanjuruhan Malang menjadi saksi, betapa besarnya pengaruh sepakbola di Indonesia. Jika nyawa saja hilang karena bola, tentu mereka juga tidak akan keberatan melakukan hal yang sama dalam konteks nasionalisme. Semua yang wafat, kita doakan tenang dan meninggalkan dunia dalam keadaan damai. Semoga Tuhan mengampuni dosa mereka, dosa pejabat dan pengusaha, dosa kita semua. Semoga pula ada titik terang yang mengubah stigma masyarakat, bahwa bola bukan ajang penyerahan nyawa. Bola adalah hiburan, untuk saya, anda, kita semua, dan dunia yang fana ini.
Pray for Kanjuruhan
Semoga ini yang terakhir, atau hilangkan bola dari dunia.
Nyawa adalah harta yang tidak akan pernah bisa ditebus dengan uang, atau diwariskan pada keturunan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H