Tissue itu punya banyak macam jenisnya. Ada tissue gulung yang biasa digunakan di tandas, atau tissue basah yang biasa digunakan untuk wajah. Ukurannya juga macam-macam, ada yang besar seperti kotak makanan, atau kecil bagaikan kotak rokok. Semua dibuat sesuai kebutuhan masing-masing orang.
Tapi satu hal yang dipelajari dari tissue, ketika diletakkan air di atasnya, dengan segera ia menyerap hingga ke seluruh permukaan tissue. Alhasil, tissue tadi menjadi basah dan mudah sekali hancur. Tissue yang sudah basah (selain tissue basah sedari awal) tidak akan  banyak membawa manfaat.
Begitu pula hidup manusia yang bertransformasi bagaikan tissue kering. Ketika ia menyerap semua masalah yang ada di depannya, sebenarnya ia terlihat baik dan bermanfaat. Tetapi sayang, ketika masalah itu dilahap semuanya, ia sama saja membasahkan dirinya dalam kubangan masalah.
Jika tidak punya banyak tissue, jangan coba-coba mengelap tumpahan air di atas meja.
Jika tidak punya kesiapan mental, kekuatan batin dan keluasan hati, jangan coba-coba menyerap semua masalah dunia. Bisa saja diri menjadi stress.
Kalau sudah stress, bawaan hati ingin marah saja. Tak peduli orang itu salah atau tidak. Asal muncul setitik perbedaan, akan dianggap sebagai sebuah kesalahan.
Contoh kecil, ketika seorang direktur mengalami masalah dalam rumah tangganya, alih-alih membereskan masalah itu, malah ia menyerap dan membawa masalah rumah tangga ke dalam kantornya. Sehingga karyawan yang sedang bekerja bisa jadi pelampiasan marah.
Manusia itu memang aneh. Terlebih mereka yang duduk dalam dunia pendidikan. Sangat aneh.
Prinsip pendidikan itu memanusiakan manusia dengan cara manusiawi. Banyak guru yang menafsirkan dengan berbagai perspektif. Ada yang bertindak tegas dan keras dalam setiap problematika siswa. Guru seperti ini layaknya pemimpin otoriter, yang selalu memarahi ketika kepala siswanya berputar 45 derajat ke kanan saat ia menjelaskan materi. Atau ada pula guru yang lebih banyak ishlah dalam menyelesaikan setiap konflik di kelas.
Kalau sudah terjadi perbedaan karakter mengajar, mengapa harus saling menyalahkan?
Harusnya antara seorang guru dan guru lainnya saling mengisi dalam kekurangan dan melengkapi berbagai kelebihan yang ada. Tidak semua siswa dapat ditangani dengan kekerasan layaknya otoriter, pun begitu tidak semua siswa menurut jika dilemah-lembutkan. Berbagai latar belakang siswa yang datag ke sekolah harus dipahami dengan baik.