Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menemukan Rumah yang Hakiki

16 Juni 2022   09:07 Diperbarui: 16 Juni 2022   09:18 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menemukan Rumah Yang Hakiki

Semua bumi yang manusia pijaki ini berhak untuk ditinggali. Syaratnya, asalkan bumi itu dapat dirasakan sebagai "rumah" yang memberikan perlindungan dari perundungan, keramahan dari kemarahan, keamanan dari ketakutan, atau kenyamanan dari ketidakharmonisan.

Ada banyak makna dari kata rumah, tetapi sebagian orang mengatakan, rumah itu sesuatu yang memberikan perlindungan, keramahan, keamanan, dan kenyamanan. Terlepas diksi rumah merujuk kepada suatu bangunan yang berjendela, beratap dan berpintu.

Tetapi terkadang, rumah yang bertingkat, lengkap dengan AC dan kolam renang, tak lupa pula pos satpam dan belasan CCTV yang memantau halaman, tidak menjadikan hidup seseorang merasa nyaman.

Banyak berita yang sampai, kalau seorang anak berhari-hari menginap di rumah teman tanpa memberitahu orangtuanya. Ibu Bapak khawatir bukan main, 24 jam terlewati, mereka pun berlabuh di kantor polisi. Guna melapor, bahwa anak mereka tidak pulang 24 jam. Mungkin saja diculik atau tersesat, tapi mana mungkin zaman sekarang tersesat tanpa arah.

Seorang suami, rela nongkrong di warung kopi, berjam-jam lamanya, hanya menyeruput secangkir kopi, lengkap dengan bubuknya. Aktivitasnya hanya berselancar di dunia maya, menggeser-geser ponsel yang tiada arti, atau sekadar bermain game untuk menghibur diri.

Seorang istri juga senang menghabiskan waktu berkumpul bersama teman-teman arisan. Mengobrol soal ekonomi, masa lalu, percintaan bahkan keharmonisan rumah tangga. Tidak jarang obrolan tersebut melanggar aturan tersirat dalam syariat. Tetapi mereka merasa nyaman, dan kemudian diteruskan. Hingga berlarut-larut tidak pulang ke rumah.

Apakah sulit menemukan ketiga keadaan di atas?

Tentu tidak. Siapa saja yang hidup pada zaman ini dapat dengan mudah menemukan, atau menjadi orang di atas.

Terkadang rumah yang harusnya menjadi tempat tinggal nyaman, memberi ketenangan dan ketentraman, justru menjadi tempat paling mengerikan, menakutkan dan membunuh.

Kapan waktunya rumah dikatakan sebagai ambang kehancuran hidup?

Ketika seseorang tidak menemukan ketenangan jiwa di dalamnya.

Jika kepemimpinan keluarga di dalamnya hancur, ayah tidak peduli kepada anak, anak acuh kepada ibu, istri antipati kepada suami, semua orang di rumah tidak memiliki sifat manusia, maka masing-masing akan mencari "sosok" rumah yang membuat nyaman.

Anak yang tiada mengerti, dan dihadapkan dengan kondisi ini, akan sangat berbahaya.

Jika sang anak merasa dibuang, tidak diharapkan, kemudian bergerak mencari "rumah" dengan nalurinya, menurutkan nafsunya, maka terjadilah tindak kejahatan berupa pelecehan, perundungan, atau eksploitasi anak.

Apakah mereka merasa menjadi korban?

Harusnya iya. Tetapi karena lingkungan membuatnya nyaman, aman dan memberikan makna hidup yang sebenarnya, status korban itu dinomor-seratuskan.

Jangan sampai generasi Z mencari rumah dengan cara zolim, menjadi pengedar narkoba, mencuri, membegal atau hal lainnya.

Para orangtua harus bekerja sama, memberikan rasa nyaman untuk seluruh keluarga.

Tujuannya satu, menjaga marwah dan kehormatan keluarga, baik dimata hukum negara, hukum syariat, maupun sosial masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun