Kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan pada zaman ini, tidak hanya untuk masa sekarang, tetapi dalam masa yang berkelanjutan. Salah satunya mengenai pelestarian terhadap hutan mangrove ini.
Pelestarian hutan mangrove sebelumnya memang berfokus pada kegunaan ekosistem, tetapi pada abad ke-21 ini, pemikiran tersebut telah dimodifikasi. Pelestarian hutan mangrove ini diharapkan juga dapat melihat peluang di bidang ekonomi
Transformasi hutan mengrove ini dapat menjadi pendekatan pelestarian lingkungan, bukan hanya dalam konteks ekosistem, tetapi juga sebagai keberlanjutan ekonomi kreatif. Hal ini dapat menguntungkan dari sisi ekosistem dan juga ekonomi.
Lapangan pekerjaan baru dapat muncul tanpa harus merusak hutan mangrove. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi warga pesisir. Mata pencaharian warga pesisir bisa lebih beragam.
Maka dari itu, jika pengelola transformasi hutan mangrove ini adalah orang luar, harus lah mendahulukan keuntungan kepada warga pesisir yang tinggal. Jangan sampai ada perpecahan bangsa hanya karena keuntungan sebelah pihak.
Study Kasus Nyata
Probolinggo terkenal dengan wisata alamnya berupa gunung Bromo. Tidak hanya di kalangan masyarakat Indonesia, tetapi terkenal luas di penjuru dunia. Banyak turis asing singgah di gunung Bromo sebagai salah satu destinasinya.
Selain Bromo, terdapat wisata alam berupa hutan mangrove. Tepatnya berada di Pelabuhan PPP Mayangan, Wisata Primadona, Mangunharjo, Mayangan, Mangunharjo, Kec. Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur.
Wisata ekosistem tersebut bernama BeeJay Bakau Resort atau sering disebut BJBR. Awal mula terbangunnya BJBR ini adalah pemikiran dari tiga serangkai pada 2012. Tiga serangkai tersebut adalah Benjamin Mangitung, Justinus Tan dan Juda Mangitung.
BJBR ini awalnya merupakan tempat yang dipenuhi tumpukan sampah. Keprihatinan tiga serangkai tersebut memunculkan inisiatif untuk membersihkan kawasan tersebut. Ketiga serangkai tersebut tidak hanya berhenti di situ.
Tiga serangkai ini lalu berinisitif membangun wisata alam yang berdampak pada ekonomi secara berkelanjutan. Kini inovasi ketiga serangkai tersebut menghasilkan wahana ekowisata yang populer dan bahkan menjadi salah satu ikon kota Probolinggo.