"Kenapa dikembalikan Nek?"
"Nenek lupa tidak membawa uang, mau pulang tapi jauh," katanya dengan raut wajah sendu.
Rasanya aku tidak tega melihat Nenek itu. Kutimang-timang uang yang berada di genggaman tanganku.
Kalau aku bantu Nenek itu, nanti Ibu dan Adikku makan apa. Hmm tapi kasihan sekali si Nenek. Batinku.
Akhirnya aku putuskan untuk membantu si Nenek. Aku bayar barang yang tadi hendak di beli Nenek. Dan Alhamdulillah, uangnya cukup. Nenek itu berterima kasih padaku karena sudah membantunya. Aku pun mengangguk tersenyum membalas ucapannya.
Setelah Nenek itu pergi, aku pun melangkahkan kaki menuju rumah. Kembali aku berpikir tentang apa respon Ibu aku pulang tidak membawa uang. Tapi, bagaimana lagi. Si Nenek lebih membutuhkan uang itu dari pada aku. Terlebih, tolong menolong adalah suatu hal yang terpuji.
Nanti aku akan jelaskan baik-baik pada Ibu, pikirku.
Sesampainya di rumah, aku melihat Ibu sedang merajut bungkus plastik untuk dijadikan tas. Sedangkan adikku yang masih berumur 6 tahun itu, kini tengah asyik makan opor ayam dan kue di samping Ibu duduk. Aku penasaran, makanan dari mana itu. Tidak mungkin Ibu masak makanan seperti itu.
"Duduk, Nak. Alhamdulillah, ini ada rezeki. Kamu makan, ya," kata Ibu menyuruhku ikut makan bersama Adik.
Mengabaikan ajakan Ibu, aku justru dilanda resah. Bagaimana menjelaskan kejadian petang tadi sama Ibu.
"Ada apa, Nak? Kenapa kamu malah sedih?"