Mohon tunggu...
Wahyuningtyas Amalia P.
Wahyuningtyas Amalia P. Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Wahyuningtyas Amalia P.

Pelajar SMAN 1 Cibinong Bogor, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekolah untuk Ayah

13 Juni 2021   20:11 Diperbarui: 13 Juni 2021   20:24 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu pagi suara batuk itu terdengar lagi, ya itu suara batuk dari ayah dari Sinar yang sudah lama mengidap penyakit batuk yang makin hari makin parah. Pintu kamar ayah pun dibuka oleh Sinar.
"Ayah, kita ke dokter saja yuk!" Tutur Sinar.

"Ayah gak mau ke dokter, sampai kamu mau sekolah!" Balas Ayah.

"Kenapa Ayah selalu meminta ku akan hal itu yah, aku gamau sekolah. Kalau aku sekolah hanya akan memberatkan beban ayah". Kata Sinar.

"Nak, ayah ingin kamu jadi orang sukses, ayah gak mau kamu terus seperti ini".

Ayah Sinar hanyalah seorang pemulung yang setiap harinya mencari botol plastik di tempat tempat sampah di jalan. Untuk bertahan hidup saja ayah harus berjuang keras untuk itu. Maka dari itu Sinar tidak mau sekolah ia hanya ingin membantu ayahnya mencari barang pulungan sambil menjaga ayah nya yang sakit.

Tokk!Tokk!Tokk
Suara pintu rumah mereka diketuk seseorang. Ternyata pak Dodi, dia adalah seorang dermawan yang setiap bulan berkunjung ke kampung pemulung untuk memberi sembako dan uang.

"Silahkan masuk pak" kata Sinar.

"iya, terima kasih" sautnya.

Pak Dodi yang sejak tadi mendengar percakapan Ayah dan Sinar, lantas menanyakan hal ini

"Tadi bapak tidak sengaja dengar percakapan kalian, Sinar apakah kamu benar benar tidak ingin sekolah?"

"Enggak pak, saya hanya ingin mengurus ayah dan menemani nya kerja" balas Sinar.

"Sekolah itu penting loh nar, kamu bisa angkat derajat ayahmu dengan sekolah yang pintar. Kalau kamu ingin sekolah bapak bisa bantu biayai sekolah mu". Tutur pak Dodi.

"Pak, apa tidak merepotkan membiayai sekolah Sinar?" Jawab Ayah Sinar yang senang sekaligus bingung akan hal itu.

Sedangkan Sinar tertegun sambil memainkan jarinya, ia bingung atas tawaran pak Dodi. Dalam hati kecil nya ia ingin sekolah, tapi terhalang biaya dan penyakit ayah nya.

"Pak tapi kalau saya sekolah siapa yang akan menjaga Ayah saat sakit?"

Ayah Sinar menyelak
"Ayah akan berangsur sembuh kalau kamu sekolah nak, itu suatu semangat buat ayah sembuh" kata Ayah Sinar.

"Bapak akan bantu ayah mu ke dokter, dan membeli obat nya. Tawar Pak Dodi.

"Baik Sinar mau sekolah pak, tapi Sinar tidak mengerti akan pelajaran yang akan dihadapi"

Ya sinar tidak sekolah sampai umur nya 14 tahun, sudah jelas dia tertinggal dengan temannya seumur nya yang sekolah. Seharusnya ia sudah SMP sekarang. Pak Dodi yang kebetulan adalah seorang guru di suatu sekolah SMP pun berkata.

"Bapak akan ajarkan kamu semuanya sampai kamu paham, dan akan bapak bantu saat masuk SMP nanti". Tutur Pak Dodi.

"Masyaallah pak, terima kasih banyak atas bantuannya berkat bapak anak saya mau dibujuk untuk sekolah dan dibantu juga untuk biaya nya" Kata Ayah Sinar sambil memeluk pak Dodi.

"Sama sama pak saya senang akan hal ini".

-------

Hari hari pun Sinar lalui dengan terus belajar dengan Pak Dodi, dan nyatanya tingkat pemahaman Sinar sangatlah tinggi, sehingga ia mudah paham semua yang diajarkan.

Tidak terasa hari ini adalah hari Sinar untuk tes masuk SMP. Ia sudah mantap dengan segala pemahamannya. Sinar masuk ke ruang tes dan mulai mengerjakan soal.
Ia bisa mengerjakan semua soal tersebut walau di selimuti sedikit bingung.
"Duh aku jadi gak yakin gini" Tutur nya dalam hati.

Besok adalah pengumuman hasil tes Sinar. Sampai rumah ia bergegas untuk Solat Dzuhur dan berdoa pada yang maha kuasa agar diberikan terbaik atas yang telah ia lakukan.

"Nak, gimana tes nya?" Kata Ayah yang kini sudah bisa berjalan, karena sebelumnya ia hanya bisa duduk karena sakitnya.

"Aku gak yakin pak karena banyak soal yang buat ku bingung, tapi ayah sudah bisa berjalan ya sekarang Alhamdulillah" kata Sinar.

"Semoga kamu diterima ya nak, apa kata Ayah, ayah akan sehat jika kamu sekolah".

----------

"Halo, ini dengan ananda Sinar?" Terdengar suara dari telpon saat Sinar mengangkat nya.

"I-iya ini saya sendiri, ini dengan siapa ya?" Jawab sinar dengan gugup.

"Saya dari pihak TU SMP ingin menginformasikan bahwa kamu lolos tes dan masuk SMP sekarang, kamu mulai bisa masuk besok."

Sinar terkejut, hampir saja HP yang digenggam nya jatuh.

"Alhamdulillah terima kasih banyak Bu, saya akan masuk besok" kata Sinar

Ayah sangat senang mendengar hal itu.

--------

Setiap hari Sinar sekolah dengan semangat, dan selalu mendapat nilai dan ranking yang bagus. Sinar pun mendapat beasiswa tunai karena kecerdasan nya. Uang tersebut ia gunakan untuk sekolah dan ia sisihkan untuk pengobatan ayahnya.

"Ayah udah sehat dong nak" kata Ayah

"Alhamdulillah ayah udah sehat sekarang". Jawab sinar.

Sebenarnya pada awalnya Sinar hanya ingin sekolah sampai ayahnya sembuh, saat ayah sembuh ia akan berhenti. Namun rencana itu tak terlaksana karena ia sudah nyaman dengan sekolahnya dan beasiswa nya.

---------
Hari kelulusan pun tiba, dan Sinar lulus dengan nilai yang sangat baik. Dan melanjutkan pendidikan SMA nya dengan mudah. Tidak lupa Sinar dan ayah mengucap terima kasih pada Pak Dodi yang telah memberi jalan untuk sekolah.

"Pak terima kasih, anak saya lulus dengan nilai yang sangat baik" Tutur Ayah yang berlinang air mata

"Saya yakin Sinar mampu pak, dan ya saya benar Sinar berprogres sangat pesat hingga dapat beasiswa, teruskan sekolahmu ya nar"
Jawab Pak Dodi.

Masa masa SMA Sinar sangat menikmati hal tersebut, ia tidak menyangka sekolah sangat menyenangkan. Selalu mendapat prestasi dan nilai yang baik. Sinar mendapat pujian dari para guru. Akhirnya ia mendapat kesempatan untuk akselerasi yaitu bisa menempuh SMA hanya dengan 2 tahun saja.
Sinar langsung menerima hal itu karena kesempatan tak datang dua kali. Sinar lulus lebih cepat dari teman temannya.

Dan ia pun mendapat undangan dari sebuah Universitas Terbaik untuk menjadi mahasiswa disana. Ya Sinar menerima tawaran tersebut karena itu hal yang ia inginkan setelah lulus SMA. Ia mengambil jurusan keinginan nya yaitu Arsitektur. Tidak lama setelah kuliah Sinar langsung mendapat tawaran untuk bekerja di perusahaan besar. Ia memutuskan untuk kuliah sambil bekerja.

--------

Sungguh mulus perjalanan Sinar menempuh sekolahnya hingga ia bisa seperti ini. Lulus dari kuliahnya 3,5 tahun dengan predikat Cumlaude, Sinar sangat bersyukur akan hal itu, sujud syukur pun ia dan ayah nya lakukan untuk mewujudkan rasa syukur nya pada yang maha kuasa.
Pak Dodi pun datang berkunjung untuk memberi selamat.

"Sinar tidak terasa ya kamu sudah mencapai titik ini, bapak bangga sama kamu"

"Pak ini berkat bapak, saya bisa sampai di tahap ini, mungkin saya dan ayah masih memulung sampai saat ini" saut Sinar.

Sinar dan ayah sudah pindah dari kampung pemulung, dan mengontrak rumah yang lebih layak, dan membayar dari sisa beasiswa nya.

Sinar berencana akan membuatkan rumah untuk ayah karena ia mendapat bonus atas proyek yang ia kerjakan karena berhasil tepat waktu dan klien nya suka. Ayah tidak tahu bahwa Sinar mendapat bonus. Sinar ingin memberi surprise untuk ayahnya.

Besok nya Sinar langsung survei lokasi dan mendesain rumah nya sendiri karena ia lulusan arsitektur. 4 bulan berlalu rumah itu pun sudah selesai terbangun sesuai dengan impiannya. Lalu Sinar membawa ayah nya ke rumah baru tersebut

"Ini rumah siapa nak?" tanya Ayah

"Ini rumah buat ayah, karena ayah sudah menjadi ayah terbaik buat Sinar" sautnya

"Ya Allah Sinar bapak gak nyangka kamu bisa bangun rumah, sukses sekarang kamu nak" jawab Ayah sambil menangis haru atas pencapaian anaknya.

Tak lupa pada Pak Dodi yang memberi jalan untuk Sinar, Sinar setiap bulan selalu berkunjung ke rumah pak Dodi, untuk silaturahmi atau sekedar memberi buah tangan.

Sinar sekarang sudah benar benar Bersinar untuk dunia ayahnya dan semuanya, sesuai dengan namanya Sinar.

Sekarang ia tersadar bahwa sangat pentingnya pendidikan, untung saja saat mendapat tawaran Pak Dodi ia tidak menolak. Andai saja menolak ia tidak akan bisa sesukses ini. Dan ia tidak pernah melewatkan setiap kesempatan yang ia terima.

-------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun