Wujud dari konflik sosial itu beragam, begitu juga tingkat eskalasinya. Namun ketika ia telah mencapai titik puncaknya, ia akan menjadi sangat ekstrim dan berdampak buruk bagi kehidupan sosial. Apalagi jika konflik yang ada, didasari oleh isu agama, ideologi atau yang sejenisnya. Diawali oleh perbedaan pandangan dan atau keberpihakan, konflik kemudian merambah menjadi saling tuduh dan intimidasi. Pada akhirnya, masyarakat akan saling berhadap-hadapan di lapangan, untuk saling mengalahkan, saling menghancurkan. Jika itu yang terjadi, seperti itukah islami? Seperti itukah pancasilais? Apakah Islam yang selama ini banyak diserukan sebagai ajaran rahmatan lil alamin dan Pancasila yang selama ini selalu diseminarkan sebagai dasar kebangsaan hanya melahirkan pepecahan dan kehancuran sosial? Jawab!
Refleksi
Pram pernah berkata, “Seorang terpelajar itu harus bersikap adil, sejak dalam pikiran!” Apakah Indonesia hari ini dipenuhi oleh para elit yang tidak terpelajar, yang memperdagangkan Islam dan Pancasila serta memperalat dan mengorbankan rakyat tanpa perasaan bersalah sedikitpun? Jawab! Apakah keutuhan bangsa dan ketentraman warga negaranya tidak lebih utama daripada kekuasaan dan akumulasi kekayaan oleh segelintir orang saja? Jawab!
Baik bagi Muslim, bagi pancasilais, atau bagi siapapun, Islam dan Pancasila bukan komoditas.
Yogyakarta, 2 Juni 2017,
Wahyu M
Kawulo Alit penikmat kopi, ubi dan wayang kulit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H