Mohon tunggu...
wahyu mada
wahyu mada Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda dari Nganjuk yang ingin memandang dunia dari berbagai sudut pandang

Sejarah dadi piranti kanggo moco owah gingsire jaman (KRT Bambang Hadipuro)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dampak Reformasi: Demonstrasi Penurunan Perangkat Desa Kedondong, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk Tahun 1998

14 Februari 2022   18:21 Diperbarui: 14 Februari 2022   18:22 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar: (Kliping) Reformasi: "Musim Gugur" Kepala Desa Tiba. Juli 1998. Detektif dan Romantika hlm: 28 - 29. (warungarsip.co).

Pada lingkup spasial besar atau nasional bahwa tahun 1997 terjadi krisis ekonomi. Awal Oktober 1997, pemerintah belum punya jawaban terhadap krisis ketika meminta bantuan IMF (Kasenda, 2018: 14). Di dua kampus besar Indonesia (UI dan UGM), para mahasiswa mengorganisir demonstrasi besar akhir tahun di akhir November 1997. Periode Januari -- Mei 1998 kejatuhan Soeharto, tercatat 850 aksi protes sekitar delapan kali lebih besar dari yang terjadi selama 10 tahun dalam satu dekade terdahulu (Kasenda, 2018: 14). Tanggal 20 Mei 1998, demonstrasi-demonstrasi besar dengan tuntutan yang sama menjalar di kota-kota besar Indonesia. Di Yogyakarta misalnya, 1 juta masyarakat berkumpul di Alun-alun Utara Karaton Kasultanan Yogyakarta yang didampingi oleh Sri Sultan Hamengkubuwana X pada 20 Mei 1998. Tanggal 21 Mei 1998, Soeharto akhirnya mengundurkan diri sebagai presiden dan Wakil Presiden BJ Habibie disumpah sebagai presiden (Max Lane, 2007: 184 -- 193).

Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 yang menadakan pula akhir kekuasaan Orde Baru. Pada saat yang berdekatan di lingkup Desa Kedondong, kaum-kaum reformis mulai berani menunjukkan gigi dan aksinya pada Juni 1998 atau 1 bulan paska Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Peristiwa itu diakhiri dengan mundurnya Bapak To selaku Kades Kedondong dan Bapak Di selaku Carik Desa Kedondong yang tepat pada tanggal 27 Juni 1998 pukul 10:00 WIB.

Sebelum Juni 1998 itu, sebenarnya kelompok masyarakat yang kurang suka dengan kepemipinan Bapak To sudah merencanakan penurunan lurah dan perangkat-perangkatnya yang terlibat. Mungkin saja hal itu terjadi karena pengaruh demo-demo yang banyak dilancarkan oleh mahasiwa atau warga masyarakat secara luas di kota-kota besar Indonesia. Tercatat kelompok masyarakat Kedondong yang kontra dengan kades mengadakan rapat selama 2 bulan, yaitu April -- Mei. Rapat itu dilaksanakan di kediaman Bapak Sukoco. Beliau juga merupakan salah satu tokoh dalam peristiwa tersebut. Itu sudah 4 kali pertemuan, tetapi tentang tanggal dan catatannya kami tidak mencatat tetapi kami sangat-sangat ingat bahwa pelaku-pelakunya pendemo kepala desa itu juga termasuk saya sendiri, saya juga masih ingat tapi pelaku-pelaku yang lain juga masih tapi juga ada yang sudah meninggal (Wawancara Bapak Sukoco, 22 November 1998).

Setelah tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengudurkan diri, maka berita-berita atau surat kabar yang mengabarkan itu sudah sangat banyak. Pada akhirnya berita itu sampai juga di telinga masyarakat Desa Kedondong. Satu bulan berselang, yaitu di Bulan Juni merupakan bulan-bulan yang panas bagi segenap Perangkat Desa Kedondong. Terlebih lagi pada tanggal 27 Juni 1998. Zaman reformasi merupakan zaman yang mengerikan bagi perangkat desa atau lurah (Bapak Sukoco, 22 November 2021). Para kades yang sudah kehilangan legitimasi dari masyarakatya dapat langsung diturunkan.

Massa berkumpul dan kemudian bergerak meneriakkan rasa ketidaksukaannya kepada lurah dan carik di pagi hari pukul 09:00 WIB. Massa yang turun langsung untuk demo oleh masyarakat Desa Kedondong disebut sebagai kaum reformis. Kaum reformis ini yang paling berperan penting di dalam demo hingga nanti diskusi dengan lurah, carik, dan camat. Para reformis yang berdemo ini berasal dari dua lingkungan di Desa Kedondong, yaitu: Dusun Sanggrahan dan Lingkungan Kedondong. Para aktivis dari Dusun Sanggrahan yang paling mendominasi (Bapak Kabul, 1 Desember 2021). Massa berkeliling Desa Kedondong sepanjang jalanan. Demo tersebut berlangsung damai dan tidak ricuh,  hal ini terbukti tidak adanya catatan pengerusakan fasilitas desa oleh massa. Massa hanya berjalan berkeliling desa sambil meneriakkan aspirasi dan tuntutanya hingga akhirnya berkumpul di Balai Desa Kedondong.

"Berjalan anu, alhamdulillah berjalan tertib, tapi ya agak aaa yo ricuho yo ora ricuh, nyatane tidak ada kerusuhan ngeantemi opo-opo tidak ada, pokoknya teriak-teriak "Pak lurah turun!!!, Pak carik turun!!!, pokok,e turun!!!" (Bapak Kabul, 1 Desember 2021).

Pengunduran Diri Kades dan Carik (Sekretaris) Desa Kedondong

Massa berkeliling desa sepanjang jalan desa bagian dalam. Hingga pada akhirnya mereka semua berkumpul di Balai Desa Kedondong pada pukul 10:00 WIB kurang. Massa berkumpul memadati jalan yang terletak disekitar balai desa. Memang lokasi balai desa ini strategis, karena terletak di pojokan perempatan yang dilalui oleh empat penjuru jalan utama desa.

"Iya di jalan-jalan, tapi di jalan depannya bukan sampai melebar ke arah barat, ke arah timur, selatan itu bukan, sekitarnya kantor menggerombol karo bengak-bengok, yowes koyok demo ngono kae " (Bapak Kabul, 1 Desember 1998).

Beberapa tokoh masyarakat Desa Kedondong yang tergabung dalam kelompok reformis kemudian mengundang lurah, carik, LMD Desa Kedondong, LKMD Desa Kedondong, dan juga Pak Camat Kecamatan Bagor untuk hadir di Balai Desa Kedondong. Carik saat itu dijabat oleh Bapak Di (nama samaran) yang diduga kuat oleh masyarakat terlibat dalam penyelewengan dana desa. LMD (Lembaga Musyawarah Desa) Desa Kedondong adalah suatu lembaga desa yang berjalan dalam bidang legislatif. Walaupun terlihat sangat menarik yang menyatakan LMD legislatif sebagai penyeimbang kekuasaan eksekutif nyatanya seringkali tidak berjalan mulus di dalam politik desa. Keberadaan LMD sangat ekslusif karena diisi oleh kepala dusun dan diketuai oleh kepala desa sehingga nyaris tidak berfungsi sama sekali karena jeruk minum jeruk kepala desa sekaligus ketua LMD yang notabene sebagai lembaga Legislatif (Saleh, 2021: 77). Namun, hal yang sedemikian rupa tidak terjadi di Desa Kedondong, karena Kepala LMD Kedondong tidak diisi oleh kades secara langsung. Lembaga-lembaga lokal dibentuk hanya sebatas kosmetik politik orde baru artinya bahwa lembaga-lembaga yang ada sekedar memberi kesan atau citra bahwa seolah-olah politik desa telah berjalan demokratis (Dwipayana et al, 2003).

Demikian juga dengan LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) diundang oleh kaum reformis ke Balai Desa Kedondong karena merupakan wadah dari bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk apapun, termasuk partisipasi dalam menyerap atau memberi tanggapan terhadap informasi yang bernetuk menerima, menerima dengan syarat, atau menolaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun