Mohon tunggu...
wahyu mada
wahyu mada Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda dari Nganjuk yang ingin memandang dunia dari berbagai sudut pandang

Sejarah dadi piranti kanggo moco owah gingsire jaman (KRT Bambang Hadipuro)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Branding Diri Indraprastha Sebagai Ekstrakulikuler Baru di SMASA Nganjuk Tahun 2017-2020

16 November 2021   19:45 Diperbarui: 20 November 2021   19:36 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan Indraprastha Pada Acara Wisuda Purna Kelas XII SMA Negeri 1 Nganjuk di Tahun 2017

Salah satu peran sekolah adalah sebagai lembaga formal yang mendidik siswa-siswi agar memiliki karakter yang sesuai harapan dan cita-cita bangsa sebagaimana tercantum dalam ideologi dan landasan hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter ini memiliki peran yang sangat penting bagi generasi muda Indonesia. Hal ini karena nantinya generasi muda akan menjadi tombak pembangunan bangsa. Sebagai penerus kehidupan bangsa, maka diharapkan segenap generasi muda dapat memberikan teladan yang baik dan bermutu, baik sikap maupun tingkah lakunya. Menurut Ratna Megawangi seperti dikutip Syarbini (2012: 17), pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Salah satu sarana dalam pendidikan karakter di sekolah adalah melalui ekstrakulikuler. Ekstrakurikuler sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan diluar jam pelajaran formal di kelas yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan mereka, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh peserta didik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan memiliki kewenangan di sekolah terkait. Selain itu, ekstrakulikuler juga memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional (Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler ayat 2).

SMA Negeri 1 Nganjuk merupakan salah satu sekolah yang menurut pandangan masyarakat luas di Kabupaten Nganjuk masih merupakan sekolah yang favorit. Berdasarkan wawancara lisan, ternyata beberapa pandangan masyarakat luas itu didasarkan pada jumlah pendaftar setiap tahun, jumlah yang ditolak, dan kompetensi lulusan dari SMA Negeri 1 Nganjuk yang diterima di berbagai perguruan tinggi.

Dilansir dari website resmi SMA Negeri 1 Nganjuk, ternyata masih tercatat 17 ekstrakulikuler di SMA Negeri 1 Nganjuk tertanggal 2 Januari 2019. Ekstrakulikuler yang tercatat di website tersebut dan dapat diakses dalam website smasanganjuk, yaitu: COPPALA (Coorps Pencinta Alam), PEGASUS (kewiraan), KIR – STC, PMR (Lang Raja Smasa), KIDEKA (Pramuka), EXVOS (Ekstra Voli Smasa), BSL (Bayu Smasa Lancer), Satria Smasa (SH), Satria Smasa (PN), ISC (Informatic Smasa Community), SMEV (Smasa Music Evolution), TBSA (Teater Bayu Sasana Agra), MARABUNTA FC (Sepak bola), Tari (Star Dance), MT (Majlis Ta'lim), ELF (English Lecture Forum), Biola (Bina Olah Vokal Smasa). Hal yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah Indraprastha?. Pertanyaan tersebut dapat ditutupi dengan data yang telah disusun oleh Wikipedia. Dalam Wikipedia justru sudah tercatat 18 ekstrakulikuler dengan tambahan satu, yaitu Indraprastha SMASA yang dapat diakses melalui Wikipedia SMA Negeri 1 Nganjuk. Ketidaksesuaian data tersebut harusnya mampu diatasi, karena tercatat bahwa Indraprastha merupakan ekstrakulikuler resmi di SMA Negeri 1 Nganjuk yang ditetapkan dan disahkan oleh Dr. Rita Amalisa, M.Pd, selaku kepala sekolah saat itu pada 16 Februari 2017.

Sejatinya sebelum nama Indraprastha SMASA dikumandangkan, telah ada beberapa komunitas atau bahkan ekstrakulikuler lain yang bekerja dalam bidang seni karawitan di SMA Negeri 1 Nganjuk yang sangat jauh lingkup waktunya daripada Indraprastha, namun hal ini perlu penyelidikan lebih jauh tentang bagaimana kehidupan ekstrakulikuler karawitan sebelum Indraprastha ini, baik sistem organisasinya, pelatihan karawitannya, dan lain sebagainya. Artikel ini tidak akan berfokus membahas hal itu, namun menekankan kepada kehidupan Indraprastha sebagai suatu ekstrakulikuler baru dalam memasarkan nama Indraprastha di khalayak luas dan dalam kehidupan SMA Negeri 1 Nganjuk yang begitu kompleks.

Lingkup temporal dalam penelitian ini adalah tahun 2017 – 2020. Dipilihnya tahun 2017 karena merupakan masa awal berdirinya Indraprastha, penyusunan program kerja, dan bentuk adaptasi dalam menjalani kehidupan berorganisasi di SMA Negeri 1 Nganjuk, utamanya karena merupakan ekstrakulikuler yang masih relatif baru. Pada tahun 2018 – 2019 merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan awal ekstrakulikuler ini. Pada masa ini Ekstrakulikuler Indraprastha mampu menunjukkan branding dirinya dan diakui di lingkungan SMA Negeri 1 Nganjuk, walaupun saat itu masih tergolong ekstrakulikuler baru. Sedangkan batas temporal tahun 2020 dipilih karena pada masa itu merupakan masa awal pandemi dan merupakan masa yang berat bagi Generasi 2 sebagai pengurus ekstrakulikuler saat itu. Oleh karena itu, berdasarkan hal tadi dapat disimpulkan bahwa fokus kajian hanya pada strategi branding Indraprastha sebagai ekstrakulikuler baru di masa awal terbentuknya hingga masa awal pandemi. Pertanyaan yang diajukan untuk artikel ini yaitu bagaimana strategi Indraprastha dalam branding diri di lingkungan SMA Negeri 1 Nganjuk agar tetap hidup sebagai suatu organisasi ekstrakulikuler baru pada tahun 2017 – 2020.

Pengertian branding banyak diajukan oleh para ahli, seperti dikutip dari jurnal “Strategi Branding AIESEC Dalam Membangun Brand Awareness AIESEC Organisasi Kepemimpinan” (Firdasari dan Yulianita, 2018: 27) yang menyebutkan bahwa branding adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa atau kelompok penjual dan mendiferensiasikannya (membedakan) dari barang atau jasa pesaing (Kotler, 2009: 332). Pengertian branding diatas lebih dimaknai sebagai diferensiasi antara dua brand yang bersaing, namun dalam konteks organisasi dapat dimaknai lain. Konsep branding dalam jurnal Yulianita berkaitan dengan artikel ini lebih menekankan pada aktivitas melakukan berbagai komunikasi, aktivitas seperti periklanan, publisitas, dan berbagai hal lain yang dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yang nantinya dapat meningkatkan brand awareness yang dapat menyebabkan popularitas produk di mata masyarakat.

Branding diri Indraprastha memang tidak bisa terlepas dari identitasnya sebagai ekstrakulikuler seni yang hadir untuk melakukan pengajaran dan pengembangan seni, khusunya karawitan. Mengolah seni memang dapat membangkitkan olah rasa dalam tubuh dan jiwa setiap manusia. Indraprastha menjadi salah satu wadah para siswa dalam mengenal olah rasa dalam jiwa. Dalam ekstrakulikuler ini para siswa diajarkan mulai dari nol mengenai karawitan. Lambat laun perasaan hati mereka mengenai lantunan musik gamelan mulai muncul tahap demi tahap. Dalam tahapan yang mulai tinggi mereka dapat menciptakan suatu garapan gendhing atau seni vokal yang muncul bertahap sebelumnya. Ternyata mengolah rasa di dalam Indraprastha ini memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaatnya yaitu dapat memunculkan ide-ide cemerlang dan juga mampu berpikir kritis dalam berbagai yang akan selalu dibutuhkan di masa depan. Selain itu ternyata belajar di Indraprastha juga mampu menumbuhkan dan memupuk rasa saling mengasihi, peduli, dan bertanggung jawab. Tidak ada yang namanya paling pintar di ekstrakulikuler ini, seringkali senior dan junior juga berproses bersama. Tidak sedikit junior yang lebih terampil dalam mengolah rasa di Indraprastha ini.

Muncul dan lahirnya Indraprastha sendiri secara resmi dilatarbelakangi oleh Ki Akbar Syahalam dan Bulan Bahasa tahun 2017. Nama Indraprastha sendiri diambil dan dipilih dari nama kerajaan yang dibangun oleh para Pandawa dalam epos terkenal Mahabarata. Setelah dapat membangun Endraprastha/ Amarta, Puntadewa kemudian dinobatkan menjadi raja menduduki singgasana tersebut bergelar Prabu Yudistira (Suwandono, Dhanisworo dan Mujiyono, 1991: 415). Resminya Ekstrakulikuler Indraprastha sudah ditetapkan dan ditunjuklah ketuanya oleh kepala sekolah dari SMA Negeri 1 Nganjuk saat itu, yaitu Dr. Rita Amalisa, M.Pd. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2017. RM Akbar Syahalam setelah itu diresmikan menjadi Ketua Umum Ekstrakulikuler Indraprastha pertama. RM Akbar Syahalam atau yang akrab dipanggil Akbar ini saat itu masih duduk di Kelas X-Bahasa dan Budaya. Awal mulanya Akbar yang merupakan dalang sejak kecil, dan diketahui Dr. Rita Amalisa, M.Pd, akhirnya dibelikan gamelan oleh beliau di SMA Negeri 1 Nganjuk (Akbar Syahalam, 31 Januari 2021). Hal itu juga untuk menunjang kepentingan acara Bulan Bahasa yang merupakan acara rutinan setiap tahun bagi semua kelas di Jurusan Bahasa dan Budaya SMA Negeri 1 Nganjuk. Baru setelah Bulan Bahasa 2017 selesai, Indraprastha lahir (Johan Rinus Ananto, 31 Januari 2021). Ekstrakulikuler Indraprastha disahkan atau diresmikan tanggal 16 Februari 2017 (Akbar Syahalam, 31 Januari 2021). Ditunjuklah Ibu Deswyntha Shinta Nur Fajrina sebagai pembina dari Ekstrakulikuler Indraprastha. Beliau juga merupakan guru muda yang mengajar Mata Pelajaran Bahasa Jawa. Guru Pembina suatu organisasi di sekolah sangat dibutuhkan demi kepentingan untuk menciptakan SDM yang diinginkan. Selain itu juga untuk menunjang bekal setelah SDM itu keluar dari organisasi secara wajar, contohnya masa pensiun atau kepengurusan usai (demisioner). Masa-masa menginjak usia 16 – 18 tahun merupakan masa pertumbuhan pemikiran seorang manusia menjadi kritis dan masih sangat labil. Oleh karena itu kehadiran pembina sangat dibutuhkan dalam ekstrakulikuler sebagai konsultan pengambilan kebijakan, sebagai pembimbing berjalannya ekstrakulikuler, dan sebagai ujung tombak masa depan ekstrakulikuler.

“Sesuatu yang mendasari filosofi pengembangan pembinaan budaya organisasi sekolah  bukan hanya sekedar untuk menciptakan SDM yang memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan semata-mata, tetapi juga diarahkan pada pengembangan SDM yang memiliki pengetahuan dan kapasitas untuk mengembangkan dan melaksanakan keanekaragaman budaya yang dimiliki secara berkualitas” (Rakhmad, 2010: 94).

Kelahiran Ekstrakulikuler Indraprastha menjadi cabang seni baru di SMA Negeri 1 Nganjuk pada tahun 2017, selain seni musik modern yang diwadahi oleh SMEV (SMASA Music Evolution), TBSA (Teater Bayu Sasana Agra), dan Star Dance (Ekstrakulikuler Tarian Tradisional Nusantara). Indraprastha menjadi ekstrakulikuler yang elastis. Keelastisan Indraprastha disini maksudnya dapat diikutsertakan untuk mengiringi berbagai acara yang berbau seni. Tidak jarang Indraprastha mengiringi TBSA, Star Dance, atau bahkan berkolaborasi dengan SMEV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun