Toleransi yang dilakukan umat Kristen untuk menghormati umat Islam, seperti: pada saat lebaran masyarakat Kristen berkunjung ke tetangga Muslim, saat Ramadan dimana masyarakat Kristen menyediakan takjil berbuka puasa di mushalla untuk masyarakat Muslim secara sukarela, bahkan saat tradisi Jawa yang sudah diberi nilai Islam, seperti tradisi slametan masyarakat Kristen yang diundang dengan senang hati menghadiri acara tersebut. Menurut beliau sendiri juga masyarakat kelurahan ini dapat memfilter pengaruh asing yang masuk ke dalam kelurahan yang mungkin dapat memecah keharmonisan antarumat beragama.Â
Hal imi juga didukung oleh upaya yang diberikan Bapak Pendeta Yohanes selama ini adalah berupa pembinaan saat jemaat beribadah di gereja. Selain dalam ranah bidang keagamaan, hubungan erat antaraumat seakan tidak ada sekat karena dimanapun dan kapanpun masyarakat dengan 2 latar belakang berbeda ini dimintai pertolongan, maka dengan senang hati mereka akan membantu. Pihak gereja juga turut memberikan bantuan kepada kelurahan, utamanya saat awal mula listrik masuk Desa Kedondong (saat itu belum menjadi kelurahan).
Tokoh masyarakat Islam Kelurahan Kedondong, yaitu Bapak Sugiono memberikan pandangan yang hampir sama seperti Bapak Pendeta Yohanes. Menurutnya kehidupan masyarakat Kedondong yang harmonis didasarkan pada sifat masyarakat kelurahan itu sendiri. Sifat dasar yang dimiliki oleh masyarakat kelurahan yaitu sangat terbuka dan hal ini menurut beliau dibuktikan dengan memiliki sikap toleransi yang tinggi, saling menghormati, dan yang paling penting tidak pernah adanya konflik diantara umat beragama di Kelurahan Kedondong.Â
Sifat keterbukaan ini yang membuat masyarakat kelurahan dapat saling memahami satu sama lain. Masyarakat Kelurahan Kedondong juga masyarakat yang tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh asing, walaupun hal itu berasal dari media sosial yang sangat banyak memengaruhi kehidupan masyarakat kota. Catatan yang penting dari beliau, yaitu saat beliau berkata:
Harmonis 80%-90% dapat dicapai jika memahami aturan agama yang dipeluknya, syariat agama dijalankan dengan benar maka harmonis akan datang sendiri
Menurut beliau selain faktor internal (keterbukaan) juga ada faktor dari luar seperti kajian dan ceramah dari kyai atau santri yang sengaja diundang oleh pihak masjid kelurahan, utamanya Masjid Baiturrahman untuk masyarakat yang Muslim sejak tahun 2010. Dalam urusan kehidupan bermasyarakat toleransi merupakan hal yang sangat diutamakan. Contohnya seperti yang dilakukan tokoh masyarakat Muslim, seperti: saling silaturahim dan sering berrcakap-cakap supaya tidak ada ketersinggungan satu diantara yang lain. Insha Allah dengan kita berupaya menghormati dia agama lain, dia yang mempunyai keinginan lain tidak akan membuat kerusuhan di dalam segi dakwah kita, begitulah yang diungkapan Bapak Sugiono.
Fakta di lapangan adalah memang benar yang dikatakan Bapak Sugiono dan sangat dekat dengan objektivitas, karena memang acara syukuran yang dapat dikatakan salah satu acara perkumpulan masyarakat Kedondong yang terbesar. Umat Muslim dibacakan doa-doa oleh tokoh agama, termasuk Bapak Sugiono sendiri dan masyarakat yang non-Muslim (Kristen) juga mengikuti acara itu, namun tetap berdoa pada imannya masing-masing.
Menindaklanjuti kalimat diatas tadi, bahwa pola peristiwa pada tahun 1979 hingga 2020 itu sama, namun yang membedakan adalah peristiwa tahun 2017 dan 2020. Peristiwa tahun 2017 adalah suatu peristiwa yang unik dan menarik untuk dikaji. Pasalnya pada tahun itu terdapat renovasi gereja, utamanya bagian tembok atas dan atap gereja.Â
Lantas, apakah yang membedakannya dengan renovasi gereja lainnya?, bukankah hal ini wajar demi kebaikan gereja dan jemaat?. Ternyata setelah diselidiki peristiwa renovasi gereja tahun 2017 itu dibantu oleh masyarakat Kelurahan Kedondong yang Muslim. Uniknya adalah masyarakat Muslim dengan lapang dada dan ikhlas membantu menyelesaikan renovasi gereja, tanpa meminta imbalan. Seperti yang dikatakan Bapak Isno, seorang warga yang tinggal di utara gereja.
Mulai awal ikut ya tapi kan maksud saya itu tidak sampai sore tidak. Pagi kadang habis makan siang yang lainnya pulang, yang lainnya nerus. Maksudnya Pak Yohanes yang punya gereja itu kan berapa dikasih berapa tapi tidak ada yang mau. Selain kuli tukang yang rutin itu kan pasti, tapi yang kerja bakti tidak, ikhas lilahitaalla
Dari penjelasan Bapak Isno dapat menjelaskan bahwa beliau ikhlas dalam membantu menyelesaikan renovasi gereja. Walaupun sebenarnya sudah ada tukang khusus untuk renovasi gereja, namun warga sekitar tetap tidak tega hingga akhirnya ikut menyumbangkan tenaga untuk ikut merenovasi atap dan tembok atas gereja.Â