Mohon tunggu...
Wahyu Andriyani Lumik
Wahyu Andriyani Lumik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Wahyu Andriyani Lumik mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Sehidup Semati

25 Agustus 2022   10:00 Diperbarui: 25 Agustus 2022   10:03 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aryo    : "Nggak ada apa-apa kok dek. Ini lagi melihat ruang tamu aja yang agak kotor. Sepertinya rumah ini sudah agak lama ditinggal penghuninya yang dulu."

            Sofi pun melihat sekeliling. Memang kondisi rumah itu kotor. Kotor karena debu di bagian bawahnya kemudian banyak sarang laba-laba di langit-langit rumah itu.

Sofi      : "Yasudah mas nanti kita bersihkan. Yang terpenting rumah ini juga masih layak untuk kita tempti berlindung dari panas dan hujan."

Aryo pun mengangguk tanda setuju. Mereka pun beristirahat sejenak kemudian mereka membersihkan rumah bersama-sama. Aryo membersihkan bagian langit-langit rumah dan Sofi menyapu dan mengepel lantai. Setelah semuanya bersih mereka kemudian menata pakaian yang dibawanya ke dalam lemari. Setelah semuanya lengkap mereka kembali beristirahat. Hari semakin malam. Jarum pendek jam dinding menunjuk angka 02 dan jarum panjang menunjuk angka 3 yang artinya jam 02:15 Aryo belum tidur. Ia berusaha memejamkan mata namun tidak bisa. Entah apa yang membuatnya tidak bisa tidur malam ini. Aryo mencoba memejamkan mata sambil mendengarkan lagu. Akhirnya lagu itu sayup-saup hilang dari pendengarannya dan tidur. Tak berapa lama sayup-sayup suara Adzan Subuh membangunkan dari tidur pulasnya. Segera Aryo dan Sofi mengambil air wudhu dan bersama-sama menunaikan sholat Subuh. Aryo kemudian keluar rumah dan duduk di teras. Hawa dingin menusuk tubuhnya namun Aryo harus bersiap bekerja di salah satu rumah sakit ternama di kota Kudus. Secangkir teh hangat telah disiapkan Sofi

Sofi      : "Ini mas tehnya. Di sruput dulu mumpung masih hangat."

Aryo    : "Walah dek kamu kok ya repot-repot. Makasih ya dek." (meminumnya dan memakai sepatu)

Sofi      : "Sudah mau berangkat mas? Hati-hati ya mas." (sambil mengulurkan tangan berjabat tangan dengan suaminya)

Aryo pun tersenyum. Ia berlalu meninggalkan Sofi dan menuju mobilnya. Ia menstarter mobil kemudian ditunggunya agar mesin panas dan oli telah sempurna melumasi bagian-bagian mesin. Setelah dirasa mesin sudah panas, ia memacu kendaraannya berjalan menembus kabut dan hawa dingin. Istrinya kemudian masuk dan duduk di ruang tamu. Istrinya hanya di rumah karena ia telah mempercayakan butiknya kepada Nana sahabatnya. Nana dipilih untuk mengelola butik Sofi karena jarak yang jauh membuat Sofi tidak bisa menjaga butik seperti dulu. Semenjak pindah ke Kudus, Sofi pun baru sekali pulang kampung itupun saat hari lebaran karena suaminya belum ada libur. Di rumah, Sofi tidak bisa tenang. Rumah itu sepi, sunyi tanpa ada suara apapun. Sofi terus-terusan memikirkan kampung halaman. Waktu terus berjalan. Kini sudah jam setengah empat sore. Deru mobilpun terdengar, tanda Aryo suami Sofi sudah pulang dari bekerja. Sofi menghampiri Aryo. Diajaknya Aryo masuk. Secangkir teh panas sudah disiapkan di meja ruang tamu.

Sofi      : "Mas, perasaanku nggak enak mas sama kampung halaman."

Aryo    : "Lho nggak enak gimana to dek?"

Sofi      : "Nggak tau mas, perasaanku nggak enak mas. Aku pengin pulang mas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun