Mohon tunggu...
Wahyuli Ambar
Wahyuli Ambar Mohon Tunggu... -

18 tahun. Mahasiswi Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Semarang. Ingin menjadikan pena sebagai sahabat. Belajar menulis :) follow me on twitter @wahyuliambar ~

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jalan Itu Bernama Mencintai

9 Mei 2012   14:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1336572612908378795

[caption id="attachment_180453" align="alignleft" width="300" caption="Jalan itu bernama mencintai"][/caption]

Aku memulai hariku dengan tersenyum.

Tapi sepertinya malam ini harus aku akhiri dengan tangisan.

Aku yang tertahan pada kelabilan yg hampir bertahan 6 tahun lamanya.

Aku yang mudah untuk suka.

Aku yang mudah untuk pergi.

Aku yang mudah untuk berubah.

Aku yang seperti hujan karena efek pemanasan global.

Sangat susah ditebak.

Aku memahami.

Menyadari dengan amat sangat.

Aku bukan AINUN HABIBIE.

Apalagi FATIMAH BINTI MUHAMMAD ataupun IBUNDA KHADIJAH.

Dan aku menyadari setulus hati,

aku tak secantik IBUNDA MARYAM.

Dan aku tak bersinar seperti IBUNDA AISYAH.

Aku, hanyalah aku apa adanya.

Aku meniti jalan yang bernama mencintai.

Dikanan dan kirinya, aku mendapati banyak bunga.

Bernama cinta.

Tapi inilah aku. Terdiam.

Menutupi siapa yang aku cintai.

Biarlah orang tau aku mencintai siapa.

Padahal aku tak berdaya karena cintaku pada seseorang.

Seseorang yg justru belum benar-benar ada.

Aku mencintainya.

Apa adanya. Kurasakan dia ada disekitarku.

Sudut-sudut mataku senantiasa mendapati sosoknya.

Tapi dia belum benar-benar nyata.

Ia terpisah pada berbagai macam pria yg selama ini kucoba untuk mencintainya.

Dan tampaknya aku belum benar-benar siap.

Oleh karenanya ALLAH, masih menyimpannya.

Pria yang memberikan rusuknya untukku.

Dan aku harus bersabar.

Untuk menunggunya.

Mempersiapkan cinta untuknya.

Dan belajar menjalani hidup dengannya.

Seseorang, aku menunggumu.

Dan aku belajar, untuk menunggu takdir yang akan datang.

Aku yakin. Kamu akan datang, untukku.

Seseorang, jika saatnya datang nanti.

Katakan padaku dengan segera bagaimana rasa yang kamu miliki untukku.

Dan ceritakan bagaimana kamu menantiku.

Lalu, aku akan melepas sepatu kerjamu,

memijat bahumu,

menyeduh teh atau kopi kesukaanmu,

menyediakan air hangat untukmu mandi,

dan tersenyum menghadapi wajah lelahmu.

Hanya untukmu, seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun