Mohon tunggu...
Wahyu Kurniawan Harly Pratama
Wahyu Kurniawan Harly Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pintar Namun Tidak Berlebihan

Sukses Ketika Apa Yang Di Cita-Cita kan Dapat Terwujud

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Opini Ketidakadilan Gender di Industri Pariwisata TNK Komodo

20 Januari 2022   13:18 Diperbarui: 20 Januari 2022   13:24 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PANDANGAN SOSIOLOG TERHADAP KETIDAKADILAN GENDER PADA INDUSTRI PARIWISATA TAMAN NASIONAL KOMODO

Indonesia yang penuh dengan industri pariwisata nya tentu menjadi salah satu destinasi Negara yang digemari oleh para orang luar negeri. Bahkan Indonesia pun tentu menjadi sorotan dunia akan kekayaan alam yang dimiliki. Oleh sebab itu berbagai macam kebanggan akan dimiliki oleh seorang warga Negara Indonesia. Dalam hal industri pariwisata terdapat beberapa ilmu yang mengkaji tetang pariwisata. Salah satunya adalah Sosiologi Pariwisata.

Sosiologi pariwisata adalah suatu pembelejaran yang akan mengkaji terkait pariwisata menggunakan prespektif dari sosiologi yang di dalam nya terdapat sebuah penerapan yaitu prinsip,konsep hukum,paaradigma,metode sosiologis dan di dalam nya juga terdapat kajian terhadap masyarakat serta fenomena terhadap pariwisata. 

Namun pada saat ini kita akan lebih mendalami sebuah persoalan yang sampai saat ini masih kurang di pandang oleh sebagian masyarakat. Yaitu sebuah ketidakadilan gender yang terdapat pada beberapa kegiatan atau beberapa tempat. Dalam tulisan kali ini kita akan lebih. mendalami terkait bagaimana terjadinya ketidakadilan gender dalam suatu industri pariwisata nasional. Namun sebelum memasuki pembahasan tersebut ada baik nya kita mengetahui apa itu ketidakadilan gender.

Ketidakadilan gender adalah terjadinya sebuah pembatasan baik dari segi pola pikir dan pemberlakuan yang berakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap pengakuan hak asasi terutama hak kesamaan atas perempuan dan laki-laki. Sehingga setelah mengetahui apa itu ketidakadilan gender kita akan memasuki bentuk ketidakadilan gender dalam industri pariwisata. 

Industri pariwisata ini telah dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia dan juga industri pariwisata ini telah di ketahui hingga luar Negara Indonesia. Namun dibalik terkenal nya industri ini masih saja terjadi ketidakadilan gender yang dimana terhadi dikarenakan beberapa faktor yaitu mulai dari larangan adat,dan juga keterbatasan fisik yang dimiliki. Industri pariwisata tersebut adalah "Taman Nasional Komodo". 

Pada idustri pariwisata ini memang terjadinya ketidakadilan gender terhadap perempuan yang dimana gerak atau ruang kerja perempuan tidak seluas para laki-laki. Pada tulisan ini kalian akan mengetahui bahwasanya saya akan berpendapat sebagai seorang sosiolog yang dimana akan mengkaji mengapa ketidaksetaraan tersebut bisa terjadi. 

Dalam hal ini tentu menjadi suatu pandangan yang serius, menurut pandangan saya sebagai sosiolog apabila tidak terjadi nya penyamaan rata tingkat atau struktur kerja maka bisa saja terjadi ketidakadilan,mengapa? Karena dengan tidak ada nya penyamaan rata pekerjaan tentu akan menghasilkan pendapatan yang berbeda. Kita akan melihat bagaimana bila seorang perempuan yang telah menjadi janda dan mempunyai anak harus bekerja keras dan menjadi tulang punggung keluarga, namun pada tempat ia bekerja ia hanya menjadi wanita yang fokus dalam dunia dapur ataupun dengan urusan domestik. 

Padahal ia mempinyai kinerja yang bagus namun lagi dan lagi ia hanya dipandang perempuan yang mempunyai pekerjaan di dalam dunia dapur dan domestik sehingga bisa saja pendapatan yang ia dapatkan kecil dan bahkan kurang. Sehingga saya sebagai sosiolog memandang bahwasanya apabila ketidakadilan gender ini terus berlaku di pola pikir masyarakat Indonesia kemungkinan berkembang nya indponesia bisa terhambat. 

Selain itu dalam industri pariwisata Taman Nasional Komodo dihadapkan oleh peraturan adat setempat yang menyatakan bahwasanya perempuan tidak bisa memegang posisi sebagai "tour guide" dikarenakan larangan adat tersebut yang menyatakan bahwa setiap bulan perempuan akan mendapatkan masa menstruasi yang dimana mengeluarkan darah segar sehingga hal itu menjadi salah satu pantangan adat yang membuat perempuan tidak bisa bekerja di lapangan selain itu mereka mendapatkan pandangan bahwasanya perempuan memiliki fisik yang kurang baik sehingga pekerjaan ini ranah nya lebih cocok kepada laki-laki.

Hal tersebut juga menjadi salah satu pandangan serius seorang sosiolog bahwasanya apabila hal itu berlaku di seluruh pola pikir masyarakat, menandakan bahwasanya ini menjadi pola pikir yang menghambat dan sama saja membuat wanita tidak bisa maju, mesikpun telah adanya emansipasi wanita yang dicetuskan oleh R.A Kartini namun hingga saat ini masih saja belum terwujudkan secara sempuran. 

Dalam beberapa kasus diatas tentu saya sebagai seorang sosiolog akan berpendapat bahwsasanya apabila hal tersebut terus menerus berlaku terutama di dunia industri pariwisata Taman Nasional Komodo akan menyebabkan sebuah ketidakadilan kepada perempuan dikarenakan mereka lagi dan lagi dihadpakan dengan urusan domestik atau urusan dapur selain itu mereka para wanita yang mempunyai kinerja bagus harus tersingkirkan dikarenakan sebuah pantangan adat setempat dan juga pandangan yang menganggap mereka adalah lemah fisik dan beberapa hal lain nya. 

Untuk saat ini Indonesia telah berubah dari tahun ke tahun tentu pola pikir masyrakat juga harus berubah atau bisa menyesuaikan dengan perubahan tersebut sehingga dengan adanya itu kami seorang sosiolog dapa melihat bahwasanya di masa saat ini sehingga terjadinya keseteraan gender selain itu tentu sebagai seorang sosiolog akan mengkaji bahwasanya untuk dunia kerja saat ini bukan atau jangan hanya memandang kepada gender saja, apabila kita melakukan subordinasi gender kita akan mendapatkan bahwsaanya dari dua gender yang ada pihak perushaan atau pandangan masyarkat akan melihat dan terfokus kepada bagaimana kinerja atau hasil dari pekerjaan yang di berikan individu tersebut sehingga tidak terpatok atau terfokus kepada gender tersebut melainkan kepada etos kerja individu tersebut. 

Sehingga pada hal ini sosiolog akan terus memperhatikan bagaimana tingkah dan juga pola pikir mengenai gender yang ada di Indonesia. Dikarenakan apabila hal ini masih terjadi pada indoensia maka hal ini menunjukkan bahwasanya indoenesia belum berkembang dan belum bisa menjadi Negara maju dikarenakan pola pikir masyarakat yang masih saja terpaku dengan kekurangan pada sebuah gender. 

Hal ini juga dapat memicu permasalahan serius yang mengakibatkan pada satu sisi gender, yang dimana gender tersebut tidak bisa dapat mendapatkan pekerjaan baik dan juga mendapatkan kepercayaan sepenuhnya dikarenakan pandangan yang masih menganggap bahwasanya gender ini tidak cocok atau kurang pantas mendapatkan pekerjaan tersebut atau jabatan tersebut dikarenakan pola pikir masyarakat yang belum dapat sepenuh nya terbuka mengenai gender. Oleh karena itu hal ini menjadi suatu permasalahan yang cukup serius bagi para sosiolog dalam mengkaji maasyarakat terhadap gender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun