Keberanian sebagian murid dalam mendemontrasikan ilmu di depan guru disebabkan adanya murid yang cerdas yang termotivasi untuk menyalahkan atau menentang gurunya dengan maksud meremehkan dan mengalahkan argumennya. Ini merupakan bentuk musibah bagi guru karena ia di perlakuan secara tidak etis.Â
Dalam situasi ini guru diperlakukan secara terbalik karena sebagai orang yang berpengetahuan ia malah diperlakukan seperti orang bodoh oleh orang yang diajarinya dan direndahkan oleh orang-orang yang mendatanginya.Â
Ada Salah satu isi syair yang dikutip oleh Al Mawardi yang menyatakan bahwa di antara tanda murid yang bodoh adalah adanya dugaan dalam diri murid bahwa ia adalah seorang ahli (pakar) yang lebih tahu dari gurunya. Persepsi murid seperti ini mendorong murid meremehkan guru. Padahal, guru memiliki hak untuk dihormati dan diperlakukan secara proporsional bahkan perlakuan terhadap guru seharusnya melebihi perlakuan etis pada orang tua.
4. Memiliki sikap moderasi.
Setelah membahas mengenai penekanan terhadap pentingnya murid meneladani, menghormati, dan tidak menggurui guru dalam relasi antara guru dan murid, kemudian kita harus mengimbanginya dengan sikap moderasi murid terhadap guru.Â
Sikap moderasi ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan sikap yang proporsional kepada guru sehingga murid tidak terjebak dalam sikap fanatisme ekstrem pada pemikiran gurunya. Dalam praktik pendidikan Islam, tradisi penghormatan kepada guru merupakan suatu yang lumrah dalam etika belajar.
Namun hal ini bukan berarti bahwa murid mutlak bertaklid dan tidak kritis terhadap gurunya sendiri. Sikap inilah yang ditanamkan kepada para penuntut ilmu.Â
Murid yang memiliki pengetahuan tentang kebenaran tidak seharusnya menerima begitu saja hal-hal yang samar dari gurunya. Murid jangan sampai bersikap tidak hati-hati akibat adanya sikap taklid terhadap apa yang dipelajari dari gurunya. Munculnya sikap taklid pada murid salah satunya disebabkan oleh sikap berlebihan murid terhadap gurunya.Â
Misalnya, murid menganggap perkataan gurunya adalah dalil walaupun itu bukan merupakan dalil dan beranggapan bahwa keyakinan gurunya merupakan argumentasi walaupun itu bukan argumen. Fanatisme murid pada gurunya membuat mereka menyelesaikan suatu masalah berdasarkan apa yang telah mereka terima dari gurunya.
Penulis : Wahyu Kurniawan (Mahasiswa Administrasi Negara)