Mohon tunggu...
Wahyu Kuncoro
Wahyu Kuncoro Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Seorang suami dan ayah 1 anak, tinggal di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Nadiem dan Gotong-royong Pendidikan

12 Maret 2020   22:41 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:22 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masa depan pendidikan Indonesia. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Seringkali, komunikasi di lingkup instansi pemerintahan masih membawakan diri sebagai pihak yang superior terhadap pihak dari luar lingkungan pemerintahan. Komunikasi dengan pihak non-pemerintah menjadi imperative yang menyembunyikan sikapnya untuk dilayani, bukan sama-sama bekerja.

Organisasi penggerak rupanya bukan semata-mata program yang partisipatif dari masyarakat saja, melainkan program yang diharapkan sustainabilitinya menjanjikan. Tak sedikit organisasi-organisasi yang cukup mapan atau cukup kreatif dalam penggalangan dana. 

Banyak juga donatur dari luar dan dalam negeri yang berbaik hati untuk memberi dukungan bagi program-program di Indonesia melalui NGO (Non Government Organization) baik yang berskala internasional maupun lokal.

Praktik-praktik baik ini seharusnya mendapat sambutan sejak dulu. Nyatanya, di tingkat pusat maupun daerah di mana lembaga-lembaga tersebut memperkenalkan konsep-konsep inovatifnya, sambutannya masih dingin. Sedikit aneh, ego sebagai lembaga pemerintah muncul dengan sikap resisten terhadap pembaruan yang dibuat lembaga non-pemerintah.

Misalnya, konsep pengelolaan perpustakaan ramah anak dalam kinerja lembaga swasta dianggap menyalahi aturan karena memajang buku dengan sampul terlihat di rak buku. 

Menurut ketentuan dari Dinas Perpustakaan Daerah, penataanya miring memperlihatkan punggung buku. Lagi, katalog buku perlu ada di perpustakaan SD. 

Nyatanya, anak-anak tidak akan meminjam buku dengan preferensi tentang judul buku, nama pengarang, penerbit, topik, dll. Anak-anak akan meminjam dari yang ia sukai saat melihat buku (dari gambar sampulnya) yang didisplay di rak-rak buku.

Perbedaan konsep ini justru menunjukkan cara kerja berbasis anak dan berdasarkan riset versus berbasis pragmatisme cara kerja one fits all. Tata kelola perpustakaan sekolah dasar tidak bisa dikelola dengan sistem perpustakaan dewasa.

Organisasi penggerak pada akhirnya memberi ruang yang lebih produktif dan innovatif bagi peningkatan kualitas sekolah yang tidak melulu berurusan pada standardisasi.

Sekolah akan menjadi target dalam program ini. Cara kerja organisasi-organisasi non-pemerintah yang kental dengan konsep pelatihan akan menggeser mekanisme sosialisasi  ide-ide yang fancy dalam dunia pendidikan.

Melalui pelatihan, organisasi-organisasi non pemerintah diharapkan untuk lebih konsisten untuk memberi dukungan lebih lanjut. Kita sering mendengar istilah monitoring dan evaluasi (monev) atau sekarang menggunakan model MLE (monitoring, learning, and evaluation). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun