Mohon tunggu...
Wahyu Indah Saputri
Wahyu Indah Saputri Mohon Tunggu... Editor - Menulis konten website, editor

Menyunting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pemberdayaan Kesenian Warok Singo Wijoyo Desa Rejosari Bersama Mahasiswa KKN UM 2022

9 Juli 2022   06:30 Diperbarui: 9 Juli 2022   12:33 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesenian warok merupakan salah satu bagian dari seni budaya Reog Ponorogo. Secara etimologi, kata warok berasal dari bahasa Jawa yaitu “wewarah” yang berarti pengajaran. Oleh karena itu, warok sering dikaitkan dengan orang atau tokoh, khususnya laki-laki, yang mampu mengajari atau menuntun seseorang untuk menjadi pribadi yang baik. 

Kesenian warok merupakan kesenian yang merakyat. Banyak masyarakat yang antusias melihat kesenian ini. Khususnya di Jawa Timur, kesenian ini sering diadakan ketika acara besar, seperti pawai budaya dan penyambutan tokoh penting. Tidak hanya itu, biasanya kesenian ini juga diadakan untuk menyambut hari tertentu seperti malam satu suro atau satu muharram.

Sejarah Kesenian Warok Singo Wijoyo Desa Rejosari

Kelompok kesenian warok Singo Wijoyo di Desa Rejosari terbentuk berawal dari kegiatan karnaval yang diadakan di Desa Rejosari sekitar tahun 2010. Setelah kegiatan karnaval tersebut berakhir, muncul pemikiran untuk mendirikan sebuah kelompok kesenian warok di Desa Rejosari. 

Kemudian dilakukan pertemuan oleh warga Kampung Terang, Desa Rejosari, pada malam 1 Suro atau 1 Muharram untuk membahas mengenai pembentukan kelompok kesenian warok. Dari hasil pertemuan tersebut, lahirlah kelompok kesenian warok di Desa Rejosari dengan nama Warok Singo Wijoyo. Nama Singo Wijoyo diambil dari salah satu nama leluhur pendiri desa yaitu Singo Blentik.

Berdasarkan Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang, organisasi Warok Singo Wijoyo diresmikan tanggal 25 Oktober tahun 2014 dengan ketua organisasi Bapak Slamet Mulyono. Organisasi Kesenian Warok Singo Wijoyo beralamatkan di Kampung Terang, Desa Rejosari, RT 13, RW 04, Kecamatan Bantur. Pada awal berdiri, organisasi kesenian Warok Singo Wijoyo memiliki 84 anggota yang berasal dari warga desa sendiri.

Organisasi Kesenian Warok Singo Wijoyo

Kesenian Warok Singo Wijoyo memiliki konsep "Warok on the road", dapat diartikan juga sebagai kesenian warok yang mengikuti perkembangan zaman. Dahulu, kesenian warok menggunakan gamelan sebagai pengiring lagu pada gerakan tari. Namun, sekarang telah digantikan dengan menggunakan sound system portabel dengan aransemen musik dalam format mp3. 

Musik atau lagu tersebut diunduh melalui YouTube yang diputar untuk mengiringi tim tari. Dalam organisasi kesenian Warok Singo Wijoyo, terdapat tiga kelompok tari yang akan ditampilkan ketika acara, antara lain kelompok pasukan warok, kelompok jathilan, dan kelompok dadak merak dengan bujang ganong.

Kelompok pasukan warok terdiri dari penari laki-laki dengan riasan hitam tebal pada wajah serta identik dengan kumis dan jenggot yang tebal, memakai pakaian serba hitam, penutup kepala yang biasa disebut udeng, dan jarik serta tali kolor yang besar dan panjang. Kelompok jathilan terdiri dari penari perempuan dengan membawa properti seperti kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya. 

Terakhir, kelompok dadak merak beserta bujang ganong. Kelompok tari ini selalu menjadi daya tarik utama saat kegiatan karnaval, kirab, maupun kegiatan lainnya. Kelompok tari ini identik dengan topeng dadak merak dan topeng ganong. Formasi pada kelompok ini umumnya satu orang menggunakan dadak merak diiringi dengan dua orang ganong.

Dadak merak merupakan topeng yang memiliki ukuran panjang sekitar 2,25 meter dan lebar 2,30 meter dengan berat kurang lebih 50 kilogram. Properti dadak merak dan topeng ganong tidak dapat disepelekan. Terdapat ritual dan perawatan tersendiri dari dua properti tersebut. 

Selain dadak merak serta topeng ganong, terdapat properti lain seperti kostum yang dikenakan oleh kelompok pasukan warok dan kelompok jathilan. Properti tersebut didapat dengan modal sendiri dari organisasi kesenian Warok Singo Wijoyo serta dari hasil sewa. Untuk topeng dadak merak, dibeli pada perajin yang tergabung dalam paguyuban warok sekabupaten Malang.

Kegiatan Organisasi Warok Singo Wijoyo Pasca PPKM Pandemi Covid-19

Saat masih diberlakukan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) akibat pandemi Covid-19, kegiatan latihan rutin pada organisasi kesenian Warok Singo Wijoyo pun dihentikan sementara dan berdampak pada minimnya acara untuk tampil atau tanggapan. Adanya PPKM Covid-19 membuat organisasi kesenian Warok Singo Wijoyo vakum kurang lebih selama dua tahun. 

Setelah pemerintah melonggarkan aturan PPKM Covid-19, organisasi kesenian Warok Singo Wijoyo mendapat kesempatan tampil pada acara kirab budaya yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Islam Raudlatul Ulum dengan Bapak Sukar, S.Ag. sebagai pengasuh yayasan. Kirab budaya diselenggarakan untuk memeriahkan acara kelulusan peserta didik dari R.A. Raudlatul Ulum yang diadakan pada tanggal 25 Juni 2022.

Bertepatan dengan KKN Reguler Model Blok tahun 2022, Universitas Negeri Malang di Desa Rejosari, para anggota KKN turut serta untuk memberdayakan kembali kesenian Warok Singo Wijoyo yang sudah vakum selama kurang lebih dua tahun dengan latihan tari untuk mengawalinya. Kegiatan latihan tari dilakukan pada malam hari bakda Isya hingga pukul 21.00 WIB. 

Salah satu kendala yang dialami pada saat latihan yaitu banyaknya anggota warok yang lupa dengan gerakan tari serta berkurangnya anggota kesenian Warok Singo Wijoyo karena beberapa faktor, seperti usia tua, sakit, dll. Selain itu, kurangnya minat para remaja untuk mengikuti kegiatan kesenian warok menjadikan sulitnya regenerasi anggota tari dalam kesenian Warok Singo Wijoyo.

Acara Kirab Budaya Warok Singo Wijoyo

Setelah melalui latihan selama satu minggu, tibalah hari pertunjukan. Acara kirab dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, menempuh jarak kurang lebih 3 kilometer dengan start di Rest Area Gowok, Rejosari, dan finish di YPI RA Raudlatul Ulum. Selama kegiatan kirab berlangsung, banyak masyarakat yang antusias berdiri di pinggir jalan untuk melihat penampilan kesenian ini. 

Salah satu yang menjadi daya tarik masyarakat adalah ketika atraksi yang ditampilkan oleh penari dadak merak dengan ganong. Selain dengan tarian, penonton khususnya masyarakat juga merasa terhibur dengan penampilan sangar pasukan warok yang mengikuti di belakang dadak merak dan ganong.

Pelestarian kesenian lokal seperti ini diharapkan dapat terus berlanjut bersamaan dengan tumbuhnya minat dari generasi muda sehingga regenerasi dapat terus berjalan. Dari kesenian lokal ini, para penggagas berharap agar kesenian Warok Singo Wijoyo dapat dikenal secara nasional.

Penulis: Fikri Rahmadani Putra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun