Transportasi umum seperti kereta sudah menjadi favorit pekerja di daerah Jabodetabek. Selain karena murah, kereta juga lebih mempersingkat waktu perjalanan dibandingkan naik kendaraan pribadi seperti mobil dan motor. Pengguna KRL Jabodetabek dalam sehari pun bisa mencapai angka ratusan ribu pengguna, dan salah satu diantara banyak stasiun yang paling populer di Jabodetabek adalah Stasiun Rawabuntu.
Stasiun Rawabuntu cukup populer di daerah BSD, Kota Tangerang Selatan. Alasannya karena Stasiun Rawabuntu menjadi titik keberangkatan para pekerja di sekitar daerah BSD, Serpong, Serua dan Pamulang yang hendak bekerja di daerah Jakarta dan sekitarnya.
Dalam sehari saja bisa ribuan orang yang berlalu lalang di Stasiun Rawabuntu. Tak ayal, banyak bermunculan pedagang-pedagang di sekitar stasiun untuk memenuhi kebutuhan para pengguna Kereta Rel Listrik (KRL), seperti pedagang masker atau aksesoris, pedagang makanan, pedagang minuman hingga jajanan.
Namun seperti yang kita ketahui, dalam setahun belakangan ini Indonesia dan dunia tengah dihinggapi sebuah pandemi covid-19, dan berbagai sektor kehidupan manusia pun seakan terguncang di karenakan pandemi yang belum berakhir ini. Sempat dianggap membaik ternyata kasus covid-19 di Indonesia kembli melonjak pada bulan Juni 2021.
Pertambahan kasus covid-19 di Indonesia kembali meningkat, setelah beberapa bulan belakangan menurun. Meningkatnya kasus covid-19 tentu akan berdampak sangat besar di berbagai sektor terutama sektor perekonomian.
Hal ini lah yang dirasakan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di sekitar Stasiun Rawabuntu, Tangerang Selatan. Peningkatan covid-19 secara tidak langsung berdampak pada mengurangnya pengguna krl di stasiun rawabuntu yang disebabkan oleh kebijakan work from home dari pemerintah.
Salah satu pelaku UMKM yaitu pedagang sayuran di stasiun rawabuntu, Mas Bolang panggilannya pada Selasa (29/6) mengatakan selama pandemi Covid-19 pendapatannya menurun drastis, bahkan hingga 50%.
"Benar-benar terasa dampaknya, apalagi waktu masa -- masa pas disini masih lockdown tuh. Itu bener-bener sepi, bahkan pembelinya bisa dihitung jari" terangnya.
Pedagang sayuran yang telah berjualan di Stasiun Rawabuntu sejak 2016 ini menyebutkan sebelum pandemi atau virus Covid-19 merebak di Indonesia, pembelinya dari sore hingga malam bisa lebih dari 30 pembeli, dengan menghabiskan hingga 10 kilo lebih sayurannya.
Sedangkan saat masa lockdown karena Covid-19, pendapatannya menurun drastis bahkan bisa dihitung jari selama berjualan dari sore hingga malam. Belum lagi saat lockdown ada larangan untuk para pedagang UMKM untuk berjualan.
Namun selain karena Covid, Mang Yadi juga menyebutkan bahwa salah satu penyebab turunnya omset pelaku UMKM di Stasiun Rawabuntu terutama di pinggiran parkiran motor adalah karena adanya pembangunan apartemen.
"Ya jadi double lah penyebabnya, udah mah nurun gara-gara jalan disana ditutup (karena pembangunan apartemen), sekarang ditambah lagi sama covid"
Mas Bolang juga menyebutkan untuk bertahan di masa-masa sulit, yang harus dilakukan adalah ikhlas menerima keadaan dan berusaha mencari pendapatan sampingan lainnya. Ia pun kerap bekerja paruh waktu sekedar untuk bertahan hidup dan untuk mengumpulkan uang untuk modal berdagangnya kembali.
Namun, ia juga menuturkan akhir-akhir ini yaitu sebelum kasus covid019 di Indonesia kembali meningkat, lapak para pedagang UMKM di Stasiun Rawabuntu kembali ramai. Yaitu saat sebelum dan sesudah lebaran idul fitri 2021 kemarin, pembeli perlahan mulai normal kembali.
"Kemarin udah agak lumayan ramai lagi abis lebaran, eh sekarang malah katanya ada wacana lockdown lagi, jadi pusing dah" terangnya.
Mas Bolang menuturkan bahwa beberapa pedagang di stasiun rawabuntu memang mengandalkan pengguna KRL dan warga sekitar sebagai pembeli utamanya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak menggunakan aplikasi online untuk meningkatkan penjualan.
Sehingga, menurunnya pengguna KRL akan semakin berdampak kepada pedagang di sekitar stasiun yang mengandalkan para pengguna KRL yang berlalu lalang sebagai tumpuan perekonomiannya.
Hal ini juga yang dirasakan Pelaku UMKM lainnya yaitu pedagang Es Jeruk, Mas Bayu. "Ya jelas sangat terasa dampaknya, walaupun kita udah masukin ke aplikasi online tapikan daya beli masyarakat juga kerasa makin nurun kalo lagi gini" terangnya pada hari Selasa, (29/6)
Belum lagi, saat ini Kementerian Perhubungan melalui PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter melakukan pengetesan secara acak kepada calon penumpang KRL guna mencegah penularan covid-19 di KRL. Beberapa pengguna KRL yang mungkin takut di tes pun memilih untuk menggunakan transportasi lain atau transportasi pribadi, sehingga selama kebijakan pengetesan acak dilakukan pengguna KRL Jabodetabek turun hingga 20%.
Mas Bayu pun berharap meski terdapat penurunan pengguna KRL, setidaknya jangan sampai pemerintah melakukan kebijakan lockdown kembali.
"Iya sekarang mulai kerasa ni, mulai sepi lagi tapi jangan sampe lockdown kaya kemarin dah, bingung kalo lockdown mau jualan dimana kita"terang Mas Bayu.
Karena cobaan terberat yang dialami oleh Mas Bayu dan pedagang lain adalah ketika dilarang untuk berjualan saat lockdown. Resiko yang besar juga didapat ketika ia memaksa untuk berjualan karena tak jarang satpol pp kerap merazia pedagang yang membandel.
"Paling buka lapak di depan rumah solusi kalo lockdown mas. Tapi ya itu tetep beda pendapatannya dengan jualan disini" tuturnya.
Untuk meningkatkan pendapatan kini Mas Bayu tidak sekedar jualan es jeruk, ia juga menyediakan berbagai kripik-kripik jajanan di lapak dagangannya. Menurutnya, di situasi yang sulit sekarang semua orang dituntut untuk lebih kreatif dan berinovasi, termasuk dengan mencari sumber pendapatan lain.
Karena jika tidak dapat menyesuaikan dengan keadaan, maka ia akan bernasib seperti pedagang lain yang gulung tikar karena sepinya pembeli. Ia juga berharap agar pemerintah memberikan solusi terbaik pada permasalahan ini dengan turut memperhatikan nasib pelaku UMKM di masa pandemi Covid-19.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI