Mohon tunggu...
Wahyu Hidayat
Wahyu Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga (20107030059)

Hanya ada dua pilihan, menulis atau ditulis oleh sejarah

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengenal Hustle Culture, Budaya "Gila Kerja" yang Tak Kenal Cuti Kerja

12 Juni 2021   01:05 Diperbarui: 12 Juni 2021   01:38 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Source : pexels.com)

Penyebab lain dari Hustle Culture juga adalah lingkungan kompetitif yang membuat semua orang berlomba menjadi yang tersibuk. Lingkungan kompetitif sebenarnya memiliki dampak positif yaitu dapat menjadi motivasi untuk mempacu diri agar terus berusaha menjadi yang terbaik, namun hal tersebut juga dapat menimbulkan hal buruk seperti kompetisi yang terlalu menjatuhkan, persaingan kerja atau bisnis yang tidak sehat, hingga dapat merusak pertemanan.

(Source : lovepik.com)
(Source : lovepik.com)

"Loh, bukannya bekerja keras itu baik?"

Bekerja keras memang baik namun dalam pengertiannya, budaya Hustle Culture sebenarnya berbeda dengan kerja keras atau workhard. Budaya Hustle Culture hanya diperuntukan untuk orang yang Workaholic bukan orang-orang yang Workhard atau bekerja keras.

Perbedaan antara Workaholic dan Workhard ada di bagian memporsir waktu kerjanya. Workhard adalah gaya hidup seseorang dalam bekerja yang dimana ketika seseorang itu bekerja, dia bisa memaksimalkan waktunya untuk bekerja agar tidak menyisakan pekerjaan yang belum selesai diluar waktu untuk bekerja. Orang yang bekerja secara workhard dapat mengetahui porsi waktu kerja nya dengan baik.

Sedangkan, Workaholic adalah gaya hidup seseorang yang lebih mementingkan pekerjaan daripada aspek kehidupan lainnya. Sehingga banyak aspek kehidupan yang ditinggalkan seperti hobi, hubungan pertemanan, hubungan persaudaraan, dsb. 

Tidak sepenuhnya salah memang ketika seseorang memiliki prinsip Workaholic karena tiap individu (termasuk seseorang yang workaholic) memiliki cara masing -- masing untuk mencapai tujuannya, namun biasanya seseorang yang lebih mementingkan pekerjaan daripada aspek kehidupan lainnya akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan fisik maupun mentalnya.

Budaya Hustle Culture sebenarnya memiliki kesamaan dengan budaya Karoshi di Jepang, yaitu istilah yang digunakan untuk orang-orang yang memiliki watak gila kerja yang berlebihan hingga menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian. 

Di Jepang sendiri masih terdapat anggapan bahwa lembur atau kerja hingga larut malam di kantor adalah bentuk dedikasi dan kesetiaan terhadap tempat mereka bekerja.

Bahkan sebagian besar masyarakat jepang juga membenci hari libur atau cuti, menurut angka dari pemerintahan Jepang, hanya 52% pekerja yang mengambil cuti tahunan dalam setahun. 

Tak ayal, Fenomena Karoshi di Jepang ini menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit seperti struk, gagal jantung, bahkan tak sedikit juga yang menyebabkan bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun