Mohon tunggu...
Wahyu Firmansyah
Wahyu Firmansyah Mohon Tunggu... -

Seorang guru muda yang tidak puas jika hanya bisa membaca 5 jam sehari.\r\nBlog pribadinya di www.wahyufirmansyah.blogspot.com Email: wahyufirmansyah1@gmail.com\r\n\r\nTinggal di Seteluk, Sumbawa Barat, NTB

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Narsisnya Konsul Jendral Amerika atas Pemberdayaan Newmont

4 Mei 2013   12:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:07 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Permasalahan di KSB adalah tingginya ketimpangan (disparitas), baik itu pendapatan masyarakat maupun kualitas pendidikannya. Kesenjangan pendapatan bisa dilihat dari tingginya PDRB di bidang pertambangan yakni sebesar 92% dari total PDRB Sumbawa Barat, padahal yang bekerja di sektor ini tidaklah banyak. Begitupun dengan kualitas pendidikannya, posisi buncit NTB yang saling kejar dengan Papua dalam IPM-nya menjadi bukti bobroknya pendidikan kita.

Dengan meningkatkan kualitas Guru di KSB, imbasnya akan dapat dirasakan oleh semua murid, baik yang miskin maupun yang kaya, yang pintar maupun yang belum pintar. Selama ini tidak ada pendidikan atau pelatihan untuk guru guna meningkatkan kemampuannya. Guru dilepas begitu saja baik oleh pemerintah maupun pihak-pihak terkait.

Sebagai pembanding, guru di Singapura wajib mengikuti pelatihan peningkatan mutu hingga 100 jam per tahun, sementara China memberi pelatihan kepada guru-gurunya hingga 240 jam per lima tahun. Ini bertolak belakang dengan Indonesia yang menurut survei Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), sebanyak 62 persen guru Sekolah Dasar tidak pernah mendapat pelatihan. Bahkan ada guru yang sampai pensiun tidak pernah diberi pelatihan.

Memang baru-baru ini ada kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru) atau MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) tapi ini tidak efektif dan tidak profesional karena pada praktiknya guru diajar oleh sesama guru, lalu “hanya” menjadi ajang silaturahmi. Ruang-ruang inilah yang mestinya dimasuki oleh pemberdayaan Newmont. Ruang ini tidak bisa diharapkan hanya bersumber dari pemerintah karena anggaran pemerintah sudah kualahan pada porsi belanja pegawai yang membengkak.

Akhirul kalam, semoga Newmont sangat banyak kontribusinya bagi pendidikan di Tanah Samawa, bukan malah sangat banyak bagi pendidikan di luar wilayah ini. Memberdayakan masyarakat bukan berarti hanya sekedar menganggarkan uang lalu selesai, tapi juga direncanakan dengan matang, diawasi dan dievaluasi. Mari kita benahi pendidikan di KSB ini bersama!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun