"Tak perlu kau melawan cantik. Kulitmu yang mulus bisa terluka." Kata lelaki yang pernah mencoel bokongnya.
"Kau yang pertama akan aku bunuh." Jawab Sekar Arum.
"Ihh seram. Aku takuuut." Jawab pemuda itu yang direspon teman-temannya dengan gelak tawa.
Namun gelak tawa  itu tiba-tiba berhenti, ketika mata mereka melihat pemandangan yang sulit  mereka percaya. Dengan ringan dan cepatnya  Sekar Arum melompat kearah pemuda yang mencoel bokongnya, pedang kanannya bergerak memukul parang pemuda itu dengan kuatnya, pedang kirinya bergerak cepat menyilang searah pedang kanannya, menyabet dada pemuda itu.
Terdengar jerit menyayat diatas  pasir tepian sungai Brantas itu. Parang pemuda itu terlempar jauh dan jatuh ke sungai, pemuda itu jatuh terduduk dengan kedua tangannya menekam  dada. Sebuah luka memanjang menghiasi dada  pemuda  itu, darah menyembur deras membasahi  pakaiannya.
"Syetan. Iblis betina kau." Umpat pemuda itu.
Sekar Arum tak menggubris makian sang pemuda. Dengan cepatnya ia bergerak kesana kemari, mengirimkan serangan mautnya terhadap tiga pemuda yang lain, yang belum sadar dari rasa tercengang.
Sebentar saja tiga lawannyapun telah roboh di  atas pasir tepian itu. Tubuh mereka terluka dalam, parang mereka entah terlempar kemana saja.
Sekar Arum  berdiri tegak di depan lawan-lawannya. Ia sarungkan kembali kedua pedangnya kedalam selongsongnya yang terbuat dari kulit ular raksasa yang  pernah dibunuhnya.
"Aku masih mengampuni kalian. Tidak  menebas leher kalian hingga putus. Jika aku tahu kalian mengganggu orang ditempat ini kelak, aku tak akan ragu-ragu  membunuh kalian. Aku akan membuang mayat kalian ke sungai. Awas." Kata gadis itu dengan ketusnya.
Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu bersamaan menghembuskan  nafasnya. Mereka lega gadis perkasa itu tidak melanjutkan aksinya. Jika tidak empat pemuda itu pasti tewas di tepian sungai Brantas.