Seperti aktor laga negeri Cina tiba-tiba ia kembali lincah dan gesit. Mampu melompat kesana kemari dengan ringannya, sambil menenteng berkarung-karung sembako di tangannya. Para kawula gembira, lama hidup kering kerontang di tengah negeri yang subur dan kaya raya, dengan senyum manis pula menyambut uluran tangan raja yang mendadak dermawan.
Alkisah pesta pemilihan raja baru dan wakilnya selesai sudah. Semua harus menerima keputusan akhir Majelis Kakak dalam perkara sengketa pemilihan. Namun ternyata drama Korea yang disiapkan raja belum berakhir.Â
Tercandui oleh sukses mengantarkan sulungnya untuk bisa duduk di kursi kuasa, ia rupanya ketagihan. Terbukti segala aral yang melintang dengan mudah dilaluinya. Para kepala suku dengan gampang diperdaya, rakyatpun mudah dikelabuhi dengan topeng kepolosannya.
******
Jurus serupa telah disiapkan. Tangan gaib raja bergerak, tiba-tiba aturan pemilihan kepala daerah berubah. Kini Majelis Adik yang menjadi perpanjangan tangan raja, untuk memuluskan jalan pangeran muda yang rada songong itu.Â
Agak berbeda dengan kakaknya yang nampak lembut dan sopan, melankolis seperti Lesmana, sang adik seperti Durmogati dalam pewayangan. Berjalan selalu mendongakkan kepala dan ceplas-ceplos saat bicara. Ia memiliki rasa percaya diri yang agak berlebih.
Namun jagat politik rupanya sudah tak sekondusif seperti semula. Banyak pengikut raja yang semula mengagungkanya, kini berbalik arah mencurigai setiap gerak-gerik raja. Tinggal para buzzer berkemampuan tembre-tembre dan cawiker- ceboker yang berburu remah-remah rejeki dari keluarga raja yang mendukungnya.
Tuhan dan malaikat rupanya mulai bosan pula melihat wajah asli raja. Ia bisikkan ke telinga para begawan, resi dan pendeta di semua padepokan yang ada di negeri ini. Agar mengobarkan semangat di dada cantrik-cantriknya untuk melawan.Â
Momentum strategis disediakan oleh alam, saat para wakil rakyat hendak menganulir peraturan yang keluar dari kepala anggota MK yang telah sadar dari dosa, telah ikut terbawa arus mengacak-acak aturan negeri Konoha.
Ketika seruling malaikat berdengung tanda keadaan darurat, seluruh cantrik dan begawan, resi dan pendeta serentak turun jalan. Dibantu para aktor budaya, dagelan-dagelan zaman now dan pekerja yang resah jadi korban aturan baru buatan raja. Mereka berteriak lantang penuh geram menolak aturan baru yang dirumuskan baleg Dewan Pengkianat Rakyat. Negeri Konoha gempar. Legacy raja sembilan tahun berkuasa, berguguran porak poranda terlanda gugatan rakyat.
Pangeran muda terbirit-birit ketakutan. Ia lari ke negeri Paman Sam nebeng pesawat jet milik kawannya, membawa isteri dan dua dayangnya. Di negeri itu mereka menikmati sesisir roti untuk sarapan pagi, seharga sekarung beras di negeri Konoha untuk jatah pangan rakyat  melarat yang kering kerontang perutnya.