"Ahh hantu apa. Gak ada hantu. Sudah mana uangnya."
"Uang apa Pak ?"
"Yaa, uang nasi dan sate. Tiga piring." Mbah Dulah agak emosi.
Ketiga orang itu mendadak tertawa. Mbah Dulah curiga, tiga orang itu akan mangkir membayar.
"Pak pak. Bapak kok aneh minta uang pada kami. Jelas kami tak punya. Kami tadi kan minta nasi dan sate. Tidak beli."
"Kalian ini bagaimana sih. Masa kalian gak tahu saya lewat jualan sate, tidak untuk membagi sate." Mbah Dulah kesal.
Tiga orang itu tertawa semakin keras. Tubuhnya terguncang-guncang sambil memegangi perutnya.
"Paaak. Maaf ya, kami tidak punya uang. Kepala saja kami tak punya, apalagi uang."
Mbah Dulah terkejut sekali. Begitu selesai berucap tiba-tiba nampak pemandangan mengerikan di depan Mbah Dulah. Tiga lelaki yang baru makan satenya ternyata tidak punya kepala. Kepalanya puthul, lepas.
Tidak berpikir panjang, karena terjerat rasa takut, Mbah Dulah ambil langkah seribu. Ia berlari sekencang-kencangnya ke timur, meninggalkan barang dagangannya.
Setengah kilometer berlari, nafasnya sudah ngos-ngosan. Iapun berganti berjalan. Sambil berulang kali menengok ke belakang. Khawatir tiga hantu tak berkepala itu mengikuti.