"Kau bilang ingin jadi istriku ?" Kata Sembada.
"Tidak. Aku tidak mengucapkan kata-kata itu."
"Kau berani bersumpah ?"
Sekar Arum mendongakkan mukanya. Ia tatap mata Sembada dengan pandangan serius. Kemudian ia menoleh ketika Sembada membalas tatapannya.
"Bukan akulah yang harus mengutarakan isi hati. Tapi kau, sebagai seorang lelaki. Itulah lazimnya." Kata Sekar Arum.
Kini Sembadalah yang ganti menundukkan kepala. Betapa ia merasa kecil dihadapan Sekar Arum, tak sepadan dengan gadis itu. Perasaan demikian telah tumbuh saat mereka tinggal di Dalem Katumenggungan.
"Sebenarnya aku juga menunggu pernyataanmu. Apakah kau tidak merasa rendah jika anak pengasuhmu ini ingin meminangmu ?" Kata Sembada lirih.
"Apanya yang kurang pada anak pengasuhku ? Ilmu kanuragan mumpuni, wajah tampan punya, masa depan tidak diragukan. Hanya satu yang tak punya."
"Apakah yang aku tidak miliki ?"
"Keberanian diri untuk menyatakan isi hati."
"Benar Arum. Selama ini memang perasaanku hanya aku pendam saja. Tak berani aku mengutarakannya. Takut jika jawabanmu tidak sesuai dengan harapanku."