Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 39. Bertemu Ayah (Cersil STN)

17 Juli 2024   23:01 Diperbarui: 18 Juli 2024   08:14 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Setiap dua hari sekali mereka diajak berlari keliling kademangan. Terbiasa berlatih di sanggar saat Sekar Sari yang melatihnya, kini harus keluar menjelajahi jalanan masuk dusun keluar dusun. Awalnya mereka agak kikuk dan malu.  Namun seiring berjalannya waktu mereka menjadi terbiasa.

Setelah dua minggu berlatih, Sekar Arum mewajibkan semua gadis untuk membuat kantong-kantong yang bisa di isi pasir dan diikat di kedua kaki. Dengan beban itu mereka harus lari mengelilingi jalan-jalan kademangan. Sekar Arum tidak hanya memerintah, tetapi ia bertindak serupa dengan gadis-gadis itu. 

Setiap kali habis menyelesaikan lari keliling kademangan, gadis-gadis itu berkumpul di tanah lapang dekat rawa pandan. Di sanalah Sekar Arum memperkenalkan jurus-jurus baru yang lebih rumit dan keras. Dengan kaki yang masih terbebani kantong-kantong pasir mereka harus sering meloncat, memukul dan menendang, menyerang dan menghindar.

Maka sebentar saja berlatih keringat mereka telah terperas. Namun gadis-gadis itu tidak berani memperlihatkan diri telah kecapekan, meski tubuhnya lelah dan keringat terkuras habis, mereka tetap semangat.

Minggu kelima gadis-gadis itu di bawa Sekar Arum ke sungai serinjing. Semula mereka bertanya-tanya kenapa ke sungai. Namun setelah melihat apa yang dicontohkan Sekar Arum, mereka memahami apa yang mesti dilakukan.

Gadis-gadis itu harus melompat-lompat di atas batu yang banyak berserakan di sungai itu. Mereka mencontoh Sekar Arum yang dengan ringannya meniti batu-batu sungai yang sebagian licin itu. Semula hanya berjalan, kemudian sambil lari kecil, akhirnya mencoba lari secepatnya.

Kaki mereka masih tetap dibebani kantong pasir. Jika kantong-kantong pasir itu tercelup air, bebannya akan semakin berat. Sehingga terpaksa mereka harus berhati-hati jangan sampai terpeleset dan kantong pasirnya basah.

 Jika ada di antara mereka terpeleset jatuh, mereka diharuskan mengulangi melompat melewati batu yang menyebabkan mereka terpeleset itu. Sampai mereka berhasil melaluinya. Demikian pula mereka yang ada di belakangnya, diharuskan lewat batu yang telah menjatuhkan temannya itu.

Demikianlah meski terasa berat namun latihan itu cukup memberikan kegembiraan. Jika ada yang terpeleset mereka semua bersorak-sorak menertawainya. 

Setelah gadis-gadis itu terampil meniti batu-batu sungai, kembali mereka dikumpulkan di tanah lapang dekat rawa pandan. Tetap dengan beban kantong pasir mereka berlatih ilmu kanuragan yang diajarkan Sekar Arum. Mereka harus meloncat -loncat jauh untuk menghindar dan menyerang, demikian berulang-ulang.

Setelah melatih kekuatan otot kaki dengan beban kantong pasir, Sekar Arum melatih gadis-gadis itu kecepatan geraknya. Ia minta untuk melepas beban yang telah lama mereka pakai, kini tanpa beban mereka melakukan gerakan-garakan berulang menyerang dan menghindar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun