Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 3. Goa Kitab Ilmu

16 Maret 2024   08:55 Diperbarui: 27 Agustus 2024   12:21 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga tengah malam ia baru berhenti, keringatnya mengalir deras membasahi tubuhnya yang telanjang dada.  Ia lantas beristirahat di atas amben bambu, mengatur nafasnya dan mencoba mengheningkan diri dalam meditasi.

Pagi hari sesudah bangun dari tidur, ia merasakan badannya menjadi segar.  Ia gerak-gerakan tangan dan kaki beberapa saat untuk melancarkan darahnya.  Kemudian ia berlari-lari beberapa putaran di goa itu.  Setelah itu ia lanjutkan kegiatan pagi itu dengan berlatih lagi.  

Masih seperti kemarin ia mempelajari jurus-jurus satu persatu, namun tingkatannya sudah jurus-jurus lanjutan.  Ia rangkai jurus itu, mulai dari awal hingga jurus terakhir yang ia pelajari hari ini. 

Nampak sebuah rangkaian jurus yang indah ia mainkan, semakin lama semakin cepat dan bertenaga.  Ketika matahari nampak di lubang langit-langit goa ia hentikan sejenak.  Ia basahi kerongkongannya dengan air seperti biasanya.

"Satu setengah hari aku tidak makan di sini, ditambah waktu setengah hari dalam perjalanan dari pasar sampai hutan, kemudian semalaman saat  pingsan, segenggampun perutku belum terisi makanan.  Tapi kenapa aku tidak merasa lapar.  Ia hanya aku isi dengan air yang keluar dari dinding goa itu. Badankupun masih terasa segar dan kuat, apakah air itu air ajaib, misterius, aneh ? " 

Ia kembali mengambil air, mengamati sejenak.  Tak ada bedanya dengan air-air yang lain.  Namun saat meminumnya selalu terasa sedikit pahit rasanya.  Ia lantas meminumnya lagi.

Karena dua hari ia tidak mandi, keringatnya juga bercucuran terus, maka pemuda itu segera melepas pakaiannya.  Dengan tempurung kelapa yang ada di situ ia membasahi tubuhnya dan menggosok-gosok debu yang melekat di tubuhnya.  Ia merasakan semakin segar badannya setelah mandi.

Ia memutuskan untuk menanak nasi hari ini.  Badannya tidak boleh ia paksa hanya minum air saja.  Perutnya harus ia isi dengan makanan, agar tenaganya benar-benar pulih kembali.

Segera ia mengambil beras dua genggam, memasukkannya dalam kendil, setelah membersihkannya dengan air, ia tanak beras itu dalam tungku batu di ceruk goa.

Saat berlari-lari melingkari goa, ia ingat terdapat beberapa tanaman lumut tumbuh di dinding goa itu.  Ia lantas mencari tanaman itu.  Ia tampung hasil pencariannya dalam tempurung kelapa, kemudian ia cuci untuk menghilangkan gumpalan tanah di akar-akarnya.  

Lumut-lumut hijau itu ia campur dalam beras yang ia tanak. Sebentar saja nasi telah masak.  Hari itu ia isi perutnya dengan nasi putih yang telah bercampur dengan daun-daun lumut hijau sebagai sayurnya.  Ternyata lumut-lumut itu enak juga, gurih dan sedikit manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun