Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 3. Goa Kitab Ilmu

16 Maret 2024   08:55 Diperbarui: 27 Agustus 2024   12:21 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ternyata kakek itu mampu mengalahkanku. Siapa dia ?" Bisik pemuda itu dalam hati.

Ia lantas berjalan menuju tempat di mana barangnya menggeletak.  Ia ambil barang itu dan diserempangkannya kembali melingkari pundak dan pinggangnya.  Dengan dibantu tongkat di tangannya ia berjalan pelan menuju arah mulut goa dari mana semalam ia masuk.  

Namun betapa terperanjat hatinya, mulut goa itu sudah tertutup timbunan tanah dan batu. Tak ada celah sedikitpun untuk melihat goa di seberang sana.

"Sialan." Umpat pemuda itu.

Ia mengedarkan pandangannya berkeliling.  Goa itu memang sangat lebar dan luas.  Tapi tak ada lagi lubang yang dapat dipakainya untuk jalan keluar.  Lewat langit-langit ?  Jelas tidak akan mungkin dia meloncat ke atas sana, jaraknya tidak akan terjangkau.  Kecuali ada sulur tanaman merambat yang jatuh menggantung hingga lantai goa.  

Baru ia menyadari bahwa ia telah terjebak di dalam goa tanpa ada jalan keluar.  Kakek itu ternyata sangat kejam, ia tidak membunuhnya lewat jalan bertempur, tapi membiarkannya mati kelaparan di dalam goa.

"Kakek gila.  Semoga mati tersambar petir dia.  Mengurungku di tempat ini untuk mati kelaparan.  Setan alas." Umpat pemuda itu.  Dengan geramnya pemuda itu lantas berteriak..

"Kakek gilaaaa, anak demittt.."  Demikian ia lakukan berulang-ulang.  Namun ia terkejut ketika terdengar suara lain mengumandang di ruang itu.

"Hahahaaha, kau akan mati kelaparan anak muda.  Ilmumu terlalu dangkal untuk bisa melawanku.  Kau harus mengumpulkan perbendaharaan ilmu lagi, agar mampu melawanku.  Selamat tinggal pemuda, sebulan lagi aku akan datang untuk melihatmu, apakah tubuhmu sudah habis dimakan belatung.  Hahahaha."

"Setan kau kek.  Kesinilah, aku bunuh kau."  Katanya dengan marah.  Namun ditunggu-tunggu suaranya lagi kakek tua itu tidak pernah muncul.  Kakek itu tentu telah pergi meninggalkan dirinya sendirian dalam goa.

Pemuda itu kemudian duduk lesu.  Ia telah kehilangan harapan melanjutkan hidupnya.  Karena ia tidak akan bisa keluar dari goa itu.  Meskipun demikian ia masih mengedarkan pandangnya berkeliling.  Tapi tak ia temukan lubang satupun untuk jalan keluar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun