Saya sangat menikmati perjalanan tersebut dengan pemandangan gunung Kinabalu yang spektakuler. Senyuman orang-orang Sabah yang tinggal di sepanjang jalan menuju Kota Belud begitu ramah dan terasa begitu menyemangati saya. Sampai kemudian momen rusaknya sepeda saya di 22 km menuju Kota Merudu itu terjadi. Hanger tempat menggantungkan rear derailleur patah, dan sepeda tidak dapat digunakan kecuali dengan mengganti hanger itu. Sialnya, saya tidak membawa cadangannya.
Saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menunggu bantuan. Tidak mungkin saya berjalan kaki sejauh 128 km, balik ke Kota Kinabalu. Saya memutuskan untuk beristirahat, sambil memberi waktu untuk berpikir.
Di kepala saya hanya ada dua opsi: menunggu bus mini ke arah Kota Kinabalu dari Kudat, dan atau menunggu dijemput oleh teman dari sekolah di Kota Kinabalu. Kedua opsi itu saya pilih. Saya menelepon teman, juga menunggu bus mini sekaligus. Untung masih siang, untung tidak hujan!
Sekitar 30 menit menunggu, ada satu bus mini, sebuah Nissan Urban berjenis van yang datang dari arah Kota Kinabalu berbalik arah menghampiri saya. Ada seorang pengemudi dan istrinya di dalam van itu. Pengemudi turun dan dengan penuh senyuman saya menyambutnya.
“Nak pegi balik ke KK kah? Boleh saya ikut?”
“Maaf saya nak balik Kampung ke Merudu.”
Agak kecewa sebenarnya, tapi ada orang yang datang memberikan perhatian di tempat antah-berantah pasti tetap menyenangkan. Ia menanyakan apa yang terjadi dan saya menunjukkan hanger rear derailleur sepeda saya yang patah itu. Setelah mengobrol terkait perjalanan saya dari Kota Kinabalu, ia pun kembali ke arah tujuan.
Namun setelah beberapa ratus meter meninggalkan saya, mobil itu menepi. Cukup lama mobil itu berhenti di tepian jalan. Herannya, mobil itu berbalik dan kembali mengarah kepada saya.
“Jom ikut ke Pekan. Kamu kasih naik kamu punya sepeda. Di sana boleh cari kedai, bisa makan. Mana tau kamu boleh dapat kedai basikal di pekan.”
“Iya Cik, baik. Terima kasih.” Jawab saya senang.