Mohon tunggu...
Agus Wahyudi
Agus Wahyudi Mohon Tunggu... Akuntan - Guru SD, mencoba belajar menulis dan mendongeng

Guru SD, sekarang tinggal di Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manajemen Perilaku Siswa di Sekolah Dasar (bagian 1)

21 November 2020   21:55 Diperbarui: 22 November 2020   17:02 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 b. Konsekuensi dan Hukuman

Konsekuensi atau hukuman bisa diartikan sebagai tindakan yang diberikan kepada siswa setelah melanggar aturan. Perbedaannya adalah kaitan antara tindakan yang diberikan dengan pelanggaran siswa. Konsekuensi memiliki kaitan sehingga siswa memahami dan bisa belajar darinya, sementara hukuman hanya sekedar efek jera tanpa kaitan dengan pelanggaran yang dilakukan siswa. 

Misalnya, jika ada siswa yang terlambat masuk sekolah tanpa alasan, guru memberikan tindakan berupa siswa diminta berdiri di depan kelas di luar kelas. Tindakan guru tersebut dapat dikategorikan sebagai hukuman. Sementara itu, jika siswa terlambat 30 menit, lalu guru memberikan tindakan menunda kepulangan siswa tersebut 30 menit dengan mengerjakan tugas tertentu, maka tindakan yang diberikan guru tersebut adalah memberikan konsekuensi. 

Pemberian konsekuensi cenderung lebih sulit karena guru perlu melalui proses berpikir yang panjang. Tetapi satu hal yang perlu disadari oleh guru adalah, saat siswa melakukan sebuah kesalahan bisa jadi itu adalah momen terbaik siswa untuk belajar. Untuk itulah penting bagi guru berpikir keras untuk memberikan konsekuensi yang seimbang bagi pelanggaran aturan oleh siswa.

 c. Pemberian hadiah (reward) tidak Selalu Baik

Manajemen perilaku sis di sekolah harus memuat sistem untuk memberikan penghargaan kepada siswa untuk memotivasi munculnya perilaku positif dari siswa. Namun, guru perlu memahami bahwa pemberian reward perlu dilakukan dengan hati-hati. Penghargaan bukanlah sebuah "hadiah" untuk setiap perilaku siswa yang dinilai baik. Linsin (2011) menjelaskan bahwa reward atau hadiah yang diberikan kepada siswa bisa menjadi kurang bermakna, karena:

- Siswa berpendapat bahwa berperilaku baik adalah pekerjaan

Seperti pekerjaan yang mendapat upah, siswa akan melakukan perbuatan baik karena ingin mendapatkan hadiah dari guru.

- Siswa menuntut "hak"

Karena adanya hadiah, siswa yang berperilaku baik untuk gurunya akan merasa guru tersebut berhutang sesuatu [baca: hadiah] atas perilakunya tersebut

- Hadiah merendahkan nilai dari motivasi siswa untuk berbuat baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun